New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak pada Selasa (26/4), mendapatkan dukungan dari spekulasi bahwa Arab Saudi berencana mengurangi pengeborannya saat pasar mengkhawatirkan pasokan global yang berlebih.

Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juni harganya naik 1,40 dolar AS atau 3,3 persen menjadi berakhir di 44,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penutupan tertinggi sejak November tahun lalu.

Minyak mentah Brent North Sea, yang menjadi patokan Eropa, untuk pengiriman Juni naik 2,8 persen di perdagangan London, berakhir 1,26 dolar AS lebih tinggi pada 45,74 dolar AS per barel.

Pasar, yang sudah menuju ke posisi yang lebih tinggi dari awal perdagangan, "tampaknya telah mendapat dorongan ekstra dari laporan yang dikeluarkan Nabor Industries," kata Bob Yawger dari Mizuho Securities.

Dia mengatakan perusahaan pengeboran itu "mengklaim Saudi memiliki rencana untuk mengurangi jumlah rig mereka sebesar 10 persen."

Para analis juga mengatakan bahwa pemulihan dari kerugian Senin kemungkinan juga didorong oleh dolar AS yang sedikit lebih lemah serta data pesanan barang tahan lama dan kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang buruk.

"Sementara pergerakan harga jangka pendek mungkin didorong oleh permintaan finansial terkait dengan melemahnya dolar AS, kami terus melihat pasar fisik yang pasokannya masih sangat bagus," kata Tim Evans dari Citi Futures seperti dilansir kantor berita AFP.

Pelemahan dolar AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam mata uang AS lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Harga minyak juga menguat karena perusahaan-perusahaan energi Amerika Serikat terus memangkas pengeluaran. Jumlah rig aktif untuk minggu yang berakhir 22 April turun delapan menjadi 343, level terendah sejak November 2009, perusahaan jasa minyak Baker Hughes mengatakan akhir pekan lalu. (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016