Jakarta (ANTARA News) - Anda pernah mendengar Seychelles, sebuah negara dengan ibu kotanya, Victoria?
Ya, negara kepulauan kecil di Samudera Hindia dan berdekatan dengan Benua Afrika itu adalah bekas jajahan Inggris.

Di negara itulah Karnaval Internasional Victoria (Carnaval International de Victoria) yang berisi lomba peragaan kostum busana dunia digelar.

Pada ajang yang diselenggarakan 22-24 April 2016 itu, kontingen dari Karnaval Busana Jember (Jember Fashion Carnaval) Indonesia berhasil memboyong gelar Juara III Dunia.

Karnaval Internasional Victoria itu merupakan ajang festival busana dunia yang amat dikenal. Konsep penilaiannya menggabungkan antara eksibisi atau pameran kostum selama tiga hari dan dilanjutkan dengan presentasi tarian jalanan (street dance presentation) di seputaran jalan Boise de Rose Avenue.

Untuk karnaval jalanan, panitia menetapkan penilaian di titik beratkan pada penampilan, musik, fungsional kostum, artistik, serta kesesuaian konsep.

Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) Dynan Faris, di Jakarta, Jumat (29/4), menyatakan rasa syukur atas keberhasilan kontingennya meraih prestasi pada lomba tersebut.

Ia menyatakan bangga dengan prestasi internasional itu. Maklum, di Sychelles, prestasi kontingen Indonesia mampu mengalahkan 23 tim internasional lainnya.

Prestasi membanggakan itu, hanya bisa dipatahkan kontingen Notting Hill (Amerika Serikat) dan Reunion (Prancis). Kontingen lain dari Brasil, Kamboja, Tiongkok, Jerman, Inggris, Afrika Selatan Zambia, Spanyol, Italia, Swiss, Kenya, Swedia, Rusia, Bahama, Maroko, Pantai Gading dan Mauritius, dipaksa takluk.

Ada lebih dari 100 jurnalis internasional yang meliput agenda itu. Nama Indonesia dan Karnaval Busana Jember makin menjadi sorotan karena ada di podium juara. Tentu saja ini benar-benar sangat mengesankan.

Di Seychelles, kontingen Karnaval Busana Jember menampilkan kreasi kostum busana etnik khas Indonesia. Tujuannya, mengangkat dan memperkenalkan kepada dunia tentang ciri khas dan potensi luar biasa yang dimiliki Indonesia.

Dalam membuat busana untuk kompetisi ini, Dynan menggunakan kain-kain tradisional yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, seperti ulos, batik, dan lurik. Tentunya dengan sentuhan konsep karnaval, yakni mewah (glamour) dan agung (grande).

Dari paparannya, kemenangan tim Indonesia ini karena kematangan konsep dan indahnya penyatuan budaya Indonesia yang diangkat lewat kostum yang diciptakannya.

Kesatuan antara desain kostum kain, gerak tari, bahkan flora khas daerah-daerah yang ada di Indonesia bersinergi dengan sangat apik dalam kostum karnaval ini.

Sesuai dengan tema yang bawa, sepanjang karnaval, kami tidak hanya memamerkan kostum yang kami buat namun kami juga menari sesuai dengan kostum dan suku yang diangkat sehingga sambutan dari penonton yang memadati sepanjang jalan sangat luar biasa. Sebuah momentum yang sangat istimewa bagi sebutan tim.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi dan mengucapkan selamat kepada kontingen Jember Fashion Carnaval yang terus menorehkan prestasi dunia.

Kementerian Pariwisata selalu membawa busana karnaval karya seniman-seniman daerah, baik dari Jember Fashionk Carnaval, Banyuwangi Ethno Carnaval, maupun Malang Carnival di berbagai pasar wisata (travel mart) di berbagai belahan dunia.

Responsnya, selalu menghebohkan, ratusan bahkan ribuan orang bergiliran minta foto-foto dengan anak-anak yang mengenakan kostum itu.

Prestasi demi prestasi sudah dikoleksi Dynan. Arief Yahya berharap itu bisa pertahankan dengan kreativitas baru.

Dia juga berharap, agar fashion itu tidak berhenti di carnaval, tetapi sampai ke bisnis fashion-nya. Tidak boleh berhenti sampai di sini, harus didorong untuk masuk ke komersialisasi karya fashion. Ini termasuk industri kreatif yang penting buat pariwisata.

Karya Dynan Faris inilah yang paling banyak menyedot perhatian di anjungan "Wonderful Indonesia" (Indonesia Hebat) pada setiap perhelatan pasar wisata di luar negeri.

Oleh Budi Setiawanto
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016