Kata Bapak, mereka itu kiai yang tugasnya menjaga rumah bangsa secara agama."
Pasuruan (ANTARA News) - Presiden RI periode 2001-2004 Megawati Soekarnoputri mengingatkan warga Nahdliyin dan kaum nasionalis agar selalu bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.

"Saya jadi teringat pesan Gus Dur yang meminta jangan sampai pecah, sebab kalau pecah, maka negara ini akan rusak," ujarnya saat menghadiri Apel Besar Hari Lahir ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) di Taman Candrawilwatikta Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu malam.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (DPP PDI) Perjuangan itu mengakui amanat Gus Dur tersebut harus selalu dilaksanakan dan dilestarikan.

Apalagi, menurut Mega, ancaman terhadap NKRI dan Pancasila semakin meningkat, baik menyangkut idealisme atau paham berbangsa dan bernegara maupun radikalisme, terorisme hingga narkoba.

"Mari bersatu dengan perekat Pancasila untuk menjaga NKRI yang kita cintai ini," kata putri tertua Presiden RI periode 1945-1966 Soekarno tersebut.

Megawati pun bercerita, sejak kecil kerap bertanya kepada bapaknya usai melihat seseorang menggunakan sarung dan bersurban bertamu kemudian berdiskusi cukup lama.

"Kata Bapak, mereka itu kiai yang tugasnya menjaga rumah bangsa secara agama," katanya.

Kemudian, ia mengakui merasa terhormat diundang pada Hari Lahir ke-93 NU dan berterima kasih karena tanggal 1 Juni diusulkan NU sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Semoga pemerintah bisa segera menetapkan. NU kan sudah saya perjuangkan punya Hari Santri 22 Oktober, sekarang gantian NU perjuangkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila," demikian Megawati, disambut tepuk tangan hadirin.

Hari Lahir ke-93 NU bertemakan "Meneguhkan Pancasila, Mengibarkan Merah Putih" tersebut dihadiri sekitar 10 ribu orang dari berbagai kalangan, seperti kader NU dan badan otonom, kader PDIP, serta masyarakat umum.

Hadir memimpin Harlah adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Rois Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua PBNU Saifullah Yusuf, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta sejumlah anggota DPR RI asal FPDIP.

Saifullah Yusuf yang juga komandan apel besar mengatakan, sasaran besar kali ini adalah adalah usulan mengukuhkan dan menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, sesuai yang dicetuskan Soekarno.

"NU sudah melakukan kajian akademik menentukan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan akan diusulkan kepada pemerintah," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Menurut dia, saat ini hanya ada Hari Kesaktian Pancasila, sedangkan hari lahirnya belum ada sehingga kajian dan naskah akademik yang sudah dilakukan NU dinilainya sangat tepat.

Dalam naskah akademik, kata dia, di antaranya NU berpendapat bahwa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal, dan Soekarno adalah penggali Pancasila.

"Agar momentum kesejarahan itu tidak hilang, maka 1 Juni harus menjadi Hari Kelahiran Pancasila," katanya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016