Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat menjadi Rp13.150 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.180 per dolar AS.

"Laju mata uang rupiah bergerak ke area positif setelah sempat terkoreksi pada sesi pagi tadi. Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis deflasi pada April 2016 menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik terhadap dolar AS," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta.

Badan Pusat Statistik mencatat pada April 2016 terjadi deflasi sebesar 0,45 persen, atau yang terbesar sejak tahun 2000. Dengan deflasi 0,45 persen maka inflasi tahun kalender Januari-April 2016 tercatat 0,16 persen dan laju inflasi secara tahunan 3,6 persen.

Data ekonomi itu, lanjut dia, menunjukkan akan adanya pelonggaran kebijakan di pasar keuangan domestik oleh Bank Indonesia dalam rangka membantu upaya pemulihan ekonomi.

Kendati demikian, ia mengatakan sentimen di pasar keuangan yang masih bervariasi terutama dari eksternal dapat menahan laju mata uang rupiah lebih tinggi bahkan rentan terhadap pelemahan.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan optimisme pasar terhadap perekonomian domestik yang masih akan tumbuh di level lima persen menjadi salah satu penopang bagi mata uang rupiah.

"Sedianya, pada pekan depan pemerintah akan merilis pertumbuhan ekonomi domestik periode kuartal I 2016," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (2/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.192 dibandingkan level sebelumnya (29/4) di posisi Rp13.204 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016