Indianapolis, Indiana (ANTARA News) - Bakal calon presiden utama dari Partai Republik Donald Trump mencatat kemenangan penting dari sang pesaing Ted Cruz di Indiana, Selasa waktu setempat.

Kemenangan ini semakin membuat dia tidak terhentikan menuju pencalonan presiden Amerika Serikat dari Republik.

Miliarder New York ini dengan cepat diproyeksikan memenangkan pemilihan pendahuluan di Indiana  setelah poling yang mengunggulkannya di negara bagian Midwestern itu.

Trump mendapatkan sekitar 40 persen suara sehingga melewati Cruz, sedangkan Gubernur Ohio John Kasich menempati urutan ketiga.

Dari kubu Demokrat, Hillary Clinton dan Bernie Sanders, masih susul menyusul pada pemilihan pendahuluan yang sama.

Cruz semula berharap bisa memperlambat gerak maju Trump menuju nominasi. Namun Trump mencatat momentum besar ketika menyapu lima negara bagian Northeastern dan kemudian Indiana yang dianggap sebagai kubu konservatisme Kristen.

"Ted Cruz si pembohong terus saja berkata dia akan, dan harus, menang di Indiana. Jika dia tidak menang dia harus keluar dari pacuan untuk berhenti menghambur-hamburkan waktu dan uang," cuit Trump dalam Twitter menjelang pidato kemenangan di Trump Tower, New York.

Trump terus menyudutkan Cruz, dimulai dari mengeluarkan tuduhan berulang-ulang yang disiarkan tabloid National Enquirer bahwa ayahanda Cruz, emigran Kuba bernama Rafael Cruz, memiliki hubungan dengan pembunuh Presiden John F. Kennedy, Lee Harvey Oswald.

Cruz sendiri mengungkapkan frustasinya terhadap gaya bombastis Trump yang menyudutkan Cruz pada semua sisi.

"Orang itu tidak bisa berkata benar namun dia menutupinya dengan menjadi narsistis. Seorang narsistis pada level yang saya kira tidak pernah ada di negeri ini," serang Cruz.

Cruz menyebut Trump tukang merayu, sebaliknya Trump mengejek Cruz tidak waras.

Satu-satunya harapan Cruz dan Kasich untuk menjadi calon presiden Republik adalah mencegah Trump mendapatkan 1.237 delegasi yang membuatnya otomatis memenangkan pencalonan presiden dari kubu Republik.

Jika mereka berhasil melakukan itu maka Partai Republik pada Konvensi Nasional Juli nanti akan memaksa memilih salah seorang dari mereka, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016