Sebelum dia meninggal dunia, korban sempat meminta diajak foto bersama dengan teman-temannya dan para guru.
Yuyun (14) pelajar SMP Negeri 5 Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejanglebong sudah meninggal dunia satu bulan lalu, setelah diperkosa dan dibunuh oleh 14 remaja sedesa dengannya.

Namun kisah pedih kehidupannya itu kini mendunia seiring pemberitaan media massa yang gencar.

Almarhumah di mata keluarganya, menurut ibu korban, Yana (30) saat ditemui Kamis (5/5), merupakan sosok anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan pandai mengaji.

Dia juga bercita-cita ingin menjadi guru.

"Cita-citanya menjadi guru, agar nantinya bisa mengajari semua orang di desanya ini," kata ibu Yuyun itu di hadapan wartawan yang datang ke rumah duka di Desa Kasie Kasubun Kecamatan Padang Ulak Tanding, bersama dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.

Yuyun yang merupakan buah pernikahannya dengan Yakin (32) itu merupakan anak kembar perempuan dan laki-laki, dengan saudara kembarannya bernama Yayan (14).

Keluarga ini kesehariannya bekerja sebagai petani penggarap kebun kopi di desa setempat.

Dia mengaku tidak mempunyai firasat akan kehilangan anak yang menjadi kebanggaannya itu.

Menurut Yana, Yuyun  bertugas mewakili orang tuanya jika mereka sedang bekerja di kebun. Yuyun misalnya mewakili orang tuanya dalam acara pengajian ibu-ibu di Desa Kasie Kasubun.

"Kalu ado acara Yasinan Yuyun selalu ngikut, dio jadi wakil kami," ujarnya dengan logat setempat.

Yuyun selain memiliki kepandaian yang lebih dibandingkan saudara kembarannya itu, ujar Yana, juga memiliki prestasi yang cukup bagus di sekolahnya sejak dari bangku sekolah dasar hingga duduk kelas VII di bangku SMP satu atap di SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding. Dia selalu meraih peringkat tiga besar.

Di rumah, Yusun selain menjaga saudara kembarannya, juga mengurusi pekerjaan rumah seperti beres-beres dan memasak.

Kejadian tragis hingga mengakibatkan anak kesayangannya itu meninggal, kata dia, tidak disangka-sangkanya.

Dirinya pun tidak memiliki firasat atau tanda-tanda akan berpisah dengan Yuyun untuk selama-lamanya.

Saat ini Yuyun sudah tenang menghadap Yang Kuasa, namun dirinya masih menyisakan kesedihan mendalam dan minta 12 dari 14 para pelakunya yang sudah ditangkap polisi itu agar dapat dijatuhi hukuman yang berat.

Menurut Neni Maryana, wali kelas Yuyun di SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding yang ditemui di rumah duka, almarhumah merupakan anak yang pintar dan mudah bergaul serta suka membantu teman-temannya dan para guru.

"Dia itu orangnya supel dan mudah bergaul, dia juga rajin membantu guru di sekolah. Sebelum dia meninggal dunia, korban sempat meminta diajak foto bersama dengan teman-temannya dan para guru," ujarnya lagi.

Kondisi sekolah Yuyun itu terletak jauh dari rumah korban dan setiap harinya baik pergi maupun pulang dengan berjalan kaki mencapai 3 km dan harus melalui areal perkebunan karet.

Saat ini, semua hal atas Yuyun sudah tinggal kenangan, namun mereka di SMPN 5 Padang Ulak Tanding, katanya lagi, tidak akan melupakan yang bersangkutan dan akan terus mengenangnya sebagai anak desa yang memiliki kemauan untuk maju kendati hidup di bawah garis kemiskinan yang tidak didukung oleh sarana infrastruktur seperti jalan dan penerangan yang memadai.

Oleh Nur Muhammad
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016