Saat-saat usia sekolah tingkat dasar dan menengah inilah waktu tepat untuk membiasakan dan mencintai nasionalisme,"
Surabaya (ANTARA News) - Legislator MPR RI Bambang Haryo mengajak siswa belajar dan membiasakan diri mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Saat-saat usia sekolah tingkat dasar dan menengah inilah waktu tepat untuk membiasakan dan mencintai nasionalisme," ujarnya di sela sosialisasi empat pilar di hadapan ratusan siswa di SMP Tamiriyah Surabaya, Sabtu.

Anggota Fraksi Partai Gerindra tersebut juga menyampaikan pentingnya berperilaku sesuai empat pilar dalam kehidupan sehari-hari sehingga menumbuhkan semangat nasionalisme maupun rasa cinta terhadap Tanah Air.

"Harapannya tentu saja menjadikan generasi bangsa Indonesia yang akan datang lebih berkarakter dan memiliki jiwa sesuai semangat empat pilar," ucap anggota Komisi VI DPR RI itu.

Pada kesempatan tersebut, salah seorang siswa kelas 8-C, Andi Nahda menanyakan bagaimana rasa menumbuhkan jiwa nasionalisme pada anak-anak Indonesia saat ini yang dinilainya mulai tergerus oleh perkembangan zaman.

Menurut pakar komunikasi asal Universitas Dr. Soetomo Surabaya Sam Abede Pareno, membiasakan semangat nasionalisme bisa dilakukan kapan dan di mana saja, termasuk di sekolah maupun tempat tinggal.

"Tidak perlu yang berat-berat membiasakan cinta Tanah Air pada kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu tidak malu mengenakan pakaian batik," katanya.

Selain itu, akademisi yang juga seorang penulis tersebut menitikberatkan satu contoh terkait kurangnya rasa masyarakat saat ini yang terkandung dalam empat pilar.

Ia memisalkan masyarakat sukuisme atau membeda-bedakan suku di sebuah daerah, yakni susahnya masyarakat menerima calon pemimpin yang bukan berasal dari tanah kelahirannya.

"Kalau menjadi calon kepala daerah, tapi bukan orang asli daerah tersebut maka sulit sekali diterima. Ini yang harus diubah agar semangat nasionalisme bisa tersampaikan," katanya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016