Jakarta (ANTARA News) - Memasuki putaran ketiga reaktivasi perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA), kedua negara menyepakati bahwa bentuk kerja sama ekonomi tersebut akan didesain lebih modern dan komprehensif.

"Sesuai dengan kesepakatan kedua Menteri Perdagangan, Indonesia dan Australia sepakat bahwa IA-CEPA merupakan bentuk kerja sama ekonomi yang komprehensif dan modern yang sifatnya bukan traditional free trade agreement (FTA)," kata Ketua Kelompok Perunding Indonesia Deddy Saleh, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu.

Menurut Deddy, bentuk kerja sama IA-CEPA tersebut akan saling menguntungkan dan dapat dicapai secara realistis dengan menghasilkan kesepakatan awal yang dapat segera dimplementasikan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo meyakini reaktivasi perundingan IA-CEPA sangat menguntungkan kedua negara. Perundingan itu juga menjadi upaya mempererat hubungan perdagangan Indonesia dan Australia dalam konteks yang lebih luas.

"Dengan kembali aktifnya perundingan ini, Indonesia dan Australia memasuki babak baru untuk meningkatkan hubungan perdagangan bilateral, baik sektor barang dan jasa, serta dapat mengundang lebih banyak investasi ke Indonesia. Selain itu, juga meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pariwisata, serta hubungan people to people yang lebih erat," kata Iman.

Menurut Iman, selama perundingan, kedua negara mencapai beberapa kesepakatan awal. Indonesia-Australia sepakat melibatkan para pelaku usaha secara aktif selama perundingan berlangsung.

Perundingan tersebut juga sepakat mendorong kerja sama di berbagai sektor, termasuk pendidikan, tenaga kerja, keuangan, pertanian, inovasi pengolahan makanan, pariwisata, dan infrastruktur. Iman menilai pembahasan IA-CEPA mengalami kemajuan pesat dan untuk ke depannya, diharapkan mampu membawa perubahan khususnya bagi Indonesia.

Di sektor perdagangan, tren perdagangan Indonesia dengan Australia pada periode 2011-2015 turun sebesar 4,25 persen. Sementara total perdagangan Indonesia dengan Australia pada tahun 2015 mencapai 8,5 miliar dolar AS yang juga mengalami penurunan 19,8 persen dari sebelumnya sebesar 10,6 miliar dolar AS pada 2014.

Iman menjelaskan, nilai ekspor Indonesia ke Australia di tahun 2015 mencapai 3,7 miliar dolar AS sementara impor tercatat sebesar 4,8 miliar dolar AS. Dengan nilai tersebut, Indonesia mengalami defisit sebesar 1,1 miliar dolar AS.

"Kami berharap IA-CEPA dapat membawa surplus perdagangan bagi Indonesia dan secara prinsip menguntungkan kedua negara," ujarnya.

Masuknya sektor pendidikan dan jasa diharapkan mampu memberikan kontribusi lebih besar dalam meningkatkan neraca perdagangan Indonesia dengan Australia. Kedua sektor ini belum banyak disentuh.

Pada perundingan IA-CEPA tersebut, agenda utama yang dibahas adalah perkembangan dan tindak lanjut kesepakatan awal IA-CEPA, serta membahas isu utama IA-CEPA yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa, dan investasi. Pembahasan itu dilakukan melalui grup negosiasi.

Perundingan putaran ketiga IA-CEPA ini merupakan tindak lanjut hasil pertemuan bilateral antara Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan dan Investasi Australia pada tanggal 16 Maret 2016 di Canberra, Australia.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016