AsiaNet 64398

BEIJING, Tiongkok, 12 Mei 2016 (Antara/Xinhua-AsiaNet) --

   Produsen batu bara terbesar Tiongkok Shenhua Group telah meng-upgrade pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)-nya di kawasan Beijing-Tianjin-Hebei region guna mengurangi polusi yang ditimbulkannya.

   Upgrade oleh Shenhua ini, yang merupakan peristiwa penting dalam upaya Tiongkok agar lebih ramah lingkungan, akan mengurangi emisi debu, sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) dari ke-22 PLTU milik perusahaan ini masing-masing menjadi di bawah 10 miligram per meter kubik, 35 miligram per meter kubik dan 50 miligram per meter kubik.

   Hal ini sebanding dengan standar emisi nasional saat ini untuk ketiga zat tersebut sebesar 20 miligram per meter kubik, 50 miligram per meter kubik dan 100 miligram per meter kubik.

   Menyusul perubahan ini, emisi tahunan debu, SO2 dan NOx oleh fasilitas milik Shenhua di kawasan Beijing-Tianjin-Hebei region akan dikurangi sebesar 84 persen, 71 persen dan 83 persen, demikian pengumuman Shenhua pada Selasa.

   Upgrade ini berlangsung selama tiga tahun dan menelan biaya 2,35 miliar yuan (sekira Rp.4,6 triliun), yang berarti biaya tambahan listrik sebesar 0,01 yuan per kilowatt jam (kwh).

   Shenhua akan meng-upgrade fasilitasnya di seluruh Tiongkok sehingga mencapai tingkat emisi yang rendah pada akhir tahun 2020, oleh karenanya mengurangi emisi karbon menjadi 835 gram per kwh listrik yang dihasilkan.

   "Karena semakin banyak perlengkapan akan dibuat di Tiongkok, biaya upgrade kemungkinan akan berkurang dalam beberapa tahun mendatang. PLTU akan tetap menjadi opsi yang ekonomis bagi Tiongkok," kata Wang Shumin, Vice President Shenhua.

   Langkah Shenhua ke arah penggunaan batu bara yang lebih bersih dilakukan pada saat Tiongkok berupaya keras mengimbangkan aktivitas ekonomi dan perlindungan lingkungan. Warga Tiongkok yang kian makmur menuntut pemerintah agar lebih berupaya membersihkan udara dan air.

   Sementara Tiongkok bertujuan meningkatkan porsi energi non-fosil dalam konsumsi energi utamanya menjadi 20 persen pada tahun 2030, sisanya masih harus berasal dari batu bara, minyak dan gas.

   Guna menghitung penggunaan batu bara, yang banyak terdapat di Tiongkok, dengan hasrat unt meningkatkan penggunaan energi terbarukan, pengadopsian teknologi batu bara bersih saat ini amatlah dibutuhkan.

   "Industri batu bara pastilah memerlukan revolusi dan teknologi emisi ultra rendah bisa menjawabnya," ujar Xie Kechang, anggota Chinese Academy of Engineering.

   SUMBER: Shenhua Group

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2016