Jakarta (ANTARA News) - Kapten Kapal TB Henry, Moch Ariyanto Misnan mengaku menyerah kepada pembajak yang menyerang kapal mereka yang sedang merapat di daerah perbatasan Indonesia-Filipina di sekitar Ligitan, Kalimantan.

"Sebelumnya kita sempat melakukan perlawanan, karena ada yang tertembak, jadi saya putuskan untuk menyerah daripada ada yang tertembak lagi, lebih baik kami berempat yang ikut," kata Kapten Moch Ariyanto Misnan di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat.

Selain Kapten Moch Ariyanto Misnan asal Bekasi Timur, Jawa Barat, tiga WNI lain yang telah kembali ke Indonesia dengan selamat adalah Loren Marinus Petrus Rumawi (kepala kru) asal Sorong, Papua Barat, Dede Irfan Hilmi (wakil kru) asal Ciamis, Jawa Barat, dan Samsir (anak buah kapal) asal Kota Palopo, Sulawesi Selatan.

Setelah mengikuti acara serah-terima ABK WNI kepada pihak keluarga, Ariyanto menjelaskan kronologi pembajakan Kapal Tugboat Henry dan Tongkang Christy pada 15 April 2016 lalu hingga berhasil dibebaskan di Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, Rabu (11/5).

Pada 15 April petang, lima orang bersenjata lengkap menyerang kedua kapal yang sedang merapat untuk menuju Tarakan, Kalimantan Utara, setelah melakukan pengiriman ke Cebu, Filipina.

Kelima orang tersebut meminta semua awak kapal turun, namun kapten menolak dan semua berusaha melakukan perlawanan.

"Kami melawan dengan barang yang ada, seperti alat pemadam kebakaran, semprotan, parang, pisau, apa pun yang ada di kapal," kata Ariyanto.

Namun, salah satu kru Kapal Christy, Lambas Simanungkalit (mekanik) tertembak maka Kapten Ariyanto menyerah.

Setelah itu, patroli Malaysia datang dan berhasil menyelamatkan enam orang kru termasuk Lambas Simanungkalit yang tertembak, dan membawa mereka ke Tawau, Sabah, Malaysia, sementara empat kru Kapal Henry dibawa lari pembajak.

"Saya tidak tahu dibawa ke mana karena gelap, saya juga tidak tahu kalau itu Filipina," kata Ariyanto.

Selama hampir satu bulan disandera kelompok bersenjata di Filipina, Ariyanto mengaku kekerasan fisik kadang terjadi dan membuat mereka masih trauma.

Meskipun masih trauma, Ariyanto dan ketiga ABK lainnya merasa sangat bersyukur dapat kembali ke Indonesia dengan selamat dan bertemu dengan keluarga mereka.

"Alhamdulillah, terima kasih Bapak Presiden, Ibu Menlu, serta Panglima TNI dan bapak-bapak prajurit yang tiada capek untuk mengurus kami yang disandera," kata dia.

Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016