Fuzhou, China (ANTARA News) - Badan usaha milik negara (BUMN) China bidang konstruksi, China State Construction Engeneering Corporation Ltd. (CSCEC) melalui anak usahanya CSCEC Straits siap memasuki pasar konstruksi Indonesia, termasuk menggarap berbagai bidang infrastruktur yang sedang digalakkan pemerintah Indonesia.

"Kami memiliki pengalaman yang panjang dan teknologi maju di bidang konstruksi dan manajemen proyek, baik di China maupun di negara lain, mulai dari pembangunan kota yang komprehensif dan terintegrasi, gedung-gedung tinggi, area publik skala luas, berbagai proyek sipil dan industri, serta infrastruktur jalan dan pelabuhan," kata Lin Xiangwu, Deputi CEO CSCEC Strait kepada sejumlah wartawan Idonesia di Fuzhou, ibukota Provinsi Fujian, China bagian Selatan, akhir pekan lalu.

Ia mengatakan, pemerintah Indonesia sedang gencar membangun berbagai infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain jalan raya, pelabuhan dan pembangkit listrik, di sisi lain pihaknya memiliki keahlian, pengalaman dan teknologi, maka dengan demikian merupakan saat yang tepat bagi mereka untuk ikut mensukseskan rencana pemerintah Indonesia tersebut.

"CSCEC Strait akan berupaya keras untuk mengembangkan bisnis konstruksi di luar negeri, terutama di Indonesia, yang merupakan pusat dari pasar konstruksi di Asia Tenggara," katanya.

Ia menambahkan, inisiatif Presiden Indonesia Joko Widodo untuk membangun Poros Maritim Dunia sejalan dengan keinginan Presiden China Xi Jinping untuk membangun kekuatan maritim global, sehingga kedua negara memiliki tujuan yang sama dan saling mendukung, yang bisa diterapkan dalam berbagai proyek infrastruktur terkait pengembangan kawasan maritim.

Ia menceritakan, CSCEC Strait mulai membuka kantor perwakilan di Indonesia pada akhir tahun lalu, dan pada awal tahun 2016 sudah bekerjasama dengan perusahaan konstruksi Indonesia, Nusa Konstruksi Engeering, membangun gedung perkantoran Sudirman 78 di Jakarta.

"Pembangunan gedung Sudirman 78 merupakan proyek pertama kami, dan selanjutnya secara bertahap kami akan menggarap proyek-proyek lain, baik bekerjasama dengan swasta maupun dengan perusahaan BUMN Indonesia. Kami siap bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan Indonesia," kata Lin.

Pekan lalu, kepada sejumlah wartawan Indonesia CSCEC Strait menunjukkan berbagai proyek yang sedang dan sudah dikerjakan perusahaan tersebut di Fuzhou, antara lain pembangunan gedung tertinggi di Fuzhou, Shenlong Universal Building, dengan tinggi sekitar 280 meter terdiri dari 53 lantai dengan biaya sekitar 1,5 miliar dolar AS.

Gedung yang berada di tepian Sungai Min, yang membelah pusat kota Fuzhou, menerapkan teknologi terkini yang dimiliki CSCEC Strait, baik bidang konstruksi, keamanan, kehandalan menghadapi berbagai kondisi alam seperti gempa dan banjir, maupun kenyamanan bagi penghuni. Dibangun sejak akhir 2013 dan diharapkan selesai tahun 2018.

Selain itu, CSCEC Straits juga sedang membangun "landmark" baru kota Fuzhou yakni Fuzhou Culture and Art Centre, terdiri dari lima bangunan berbentuk kelopak bunga melati, dengan peruntukan masing-masing theater hall, opera house, ruang konser, galeri dan television centre, menelan biaya sekitar 535 juta dolar AS.

"Gedung yang berada di hilir Sungai Min ke arah Laut China, jika selesai dibangun akan dapat dilihat dari udara saat mendarat atau terbang dari bandar udara kota Fuzhou, dengan bentuk seperti setangkai bunga melati," kata manajer proyek, Chen Siyuan.

Gedung Kantor Pusat CSCEC Strait yang berada di sebelah utara kota Fuzhou, yang terdiri dari dua menara, masing-masing 25 lantai dan 3 basement dengan total luas bangunan 100.000 m2, pembangunannya dikerjakan sendiri dengan biaya sekitar 80 juta dolar AS. Gedung ini diharapkan selesai dan serah terima pada akhir 2016.

Sementara itu beberapa proyek konstruksi yang sudah selesai dikerjakan di antaranya kawasan olah raga Straits Olympic Stadium di kota Fuzhou, terdiri atas stadion sepak bola, lapangan tertutup umtuk tenis dan basket, kolam renang, lapangan volley pantai, dan lain-lain, dengan total luas bangunan sekitar 733.000 m2 di atas area seluar 445 hektare.

Straits Olympic Stadium yang didisain berbentuk kerang, dinilai cocok dengan letak kota Fuzhou yang dekat dengan laut, ibangun pada tahun 2012-1014 dengan biaya sekitar 455 juta dolar AS, telah digunakan pada penyelenggaraan Youth Olympic Games pada tahun 2015.

Sejumlah jalan raya dan jalan tol di kota Fuzhou, antara lain Jalan Negara 104 (38 km), Binjing Road (24 km), Huandao Road (8,8 km), serta jembatan Nanping Bridge sepanjang 502 m dengan bentang 495 m dan lebar 18,5 m, juga merupakan karya CSCEC Strait.

Di luar negeri, CSCEC Strait bekerjasama dengan perusahaan induknya, CSCEC (CSCEC State), mengerjakan berbagai proyek konstruksi, antara lain Dubai Palm Island Resort dengan investasi sekitar 10 miliar dolar AS, proyek irigasi di negara Aljazair untuk areal 8.000 hektare, menara perkantoran di Doha setinggi 230 m, Bandara Internasional Hong Kong, yang sudah beroperasi sejak beberapa tahun lalu.

Untuk mendukung efisiensi kerja konstruksi, CSCEC Strait memiliki pabrik precast (beton pracetak) dengan standar teknologi terkini, disain dan pengerjaan yang terkomputerisasi serta pengawaasan kualitas yang ketat.

Pabrik ini berada di kawasan Minqing Industrial Park, terdiri dari dua lini produksi dengan kapasitas 300.000 m3 per tahun. Dukungan pabrik ini meningkatkan efisiensi proyek hinga 20 persen yang didapat dari percepatan penyelesaian pekerjaan hingga 30 persen dan penggunaan tenaga kerja yang hemat hingga 40 persen.

Sementara itu dalam hal pembiayaan, pihak CSCEC Strait terbuka bekerjasama dengan perusahaan di China mupun di Indonesia. Untuk saat ini, perusahaan itu menjalin kemitraan dengan Fujian investment Group, BUMN Provinsi Fujian yang bergerak di bidang investasi kelistrikan dan energi, untuk membiayai proyek infrastruktur di Indonesia.

Fujian Investment Group melalui anak usaha Fujian Mintou Electric Power Co. Ltd. telah mengadakan Memorandum of Undestanding untuk membeli saham satu perusahaan pembangkit listrik di Sumatera Utara.

"Kami mengetahui bahwa Indonesai sangat membutuhkan listrik, oleh karena itu kami siap bermitra dengan perusahaan lain yang ingin membangun pembangkit listrik baru," kata direktur perusahaan itu, Zhang Gongquan, akhir pekan lalu di Fuzhou.


Reputasi

BUMN konstruksi China dibentuk tahun 1952 di Shanghai, dan pada 2009 menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun 2012 diberi nama CSCEC dan kemudian membentuk anak usaha yang khusus mengerjakan proyek di luar negeri yaitu CSCEC Strait. Pada tahun 2015 perusahaan induk, CSCEC, membukukan pendapatan 130 miliar dolar AS, menjadikannya peringkat 37 dari 500 perusahaan top dunia.

Menurut Liu Yueyun, GM CSCEC Strait perwakilan Indonesia, dalam mengerjakan setiap proyek konstruksi, baik di dalam maupun di luar negeri China, CSCEC Strait menerapkan standar operasi yang ketat sesuai persyaratan otoritas konstruksi di setiap negara dan industri, serta sistem manajemen proyek yang efisien.

"Hasil kerja kami banyak mendapat penghargaan baik di China maupun di luar negeri," katanya.

Ia memberi contoh, setiap pengerjaan proyek selalu didahului dengan penyesuaian terhadap standar internasional (ISO) bidang konstruksi. "Bila sudah comply baru dikerjakan (setiap proyek)," katanya.

Hingga kini, katanya, ratusan penghargaan bidang konstruksi, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan lain-lain, telah diraih CSCEC Strait baik dari Negara China, Pemerintah Provinsi Fujian, Kota Fuzhou dan asosiasi kontsruksi.

"Penghargaan bukan tujuan kami, tetapi kalu hasil kerja kami dihargai, kami juga boleh berbangga," kata Liu.

Sementara dalam hal manajemen proyek, sistem informasi yang terkomputerisasi menjadikan CSCEC Strait mampu menghemat penggunaan tenaga kerja. Misalnya, pengerjaan kantor pusat dengan dua menara dan laus bangunan hingg 100.000 m2 hanya ditangani 150 orang, sementara pabrik precast ditangai 30 orang.

"Kami memiliki sistem informasi yang terintegrasi yang menunjukkan komposisi SDM untuk setiap bidang pekerjaan, sehingga setiap saat kami bisa memantau bagian mana saja yang kekurangan tenaga kerja, sehingga dengan mudah dapat diambil solusi," katanya.

Dalam hal pembebasan lahan, katanya, perusahaan memiliki prinsip untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang dipindah karena proyek, dengan memberi ganti rugi hingga dua kali lipat dari harga pasar tanah.

"Dengan begitu, hampir tidak pernah ada masalah dalam pembebasan lahan untuk proyek kami," katanya, sambil menambahkan banyak bangunan perkantoran dan pusat bisnis di Fuzhou sebelumnya adalah kawasan perumahan penduduk.

Kalau melintas di pusat kota Fuzhou, tak terlihat ada rumah penduduk, yang menonjol adalah gedung-gedung tinggi yang merupakan pusat bisnis, apartemen atau rumah susun yang merupakan tempat tinggal penduduk.

Liu mengatakan, walaupun kota Fuzhou dilintasi Sungai Min yang besar, kota di tepi laut berpendudk sekitar 6 juta itu tidak pernah kebanjiran.

Oleh Biqwanto Situmorang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016