Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia melonjak 1 persen pada perdagagan hari ini setelah Goldman Sachs menyatakan pasar bakal mengakhiri hampir dua tahun kecenderungan turunnya harga minyak akibat kelebihan pasokan menyusul gangguan produksi yang mendorong rangkaian defisit pasar minyak.

Minyak acuan Brent diperdagangkan pada 48,50 dolar AS per barel atau naik 67 sen (1,4 persen) dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, sedangkan kontrak berjangka West Texas Intermediate naik 68 sen atau 1,5 persen pada 46,89 dolar AS per barel.

Gangguan pasokan dari Nigeria, Venezuela, AS dan China memicu pembalikan outlook minyak versi Goldman Sachs yang sejak lama sudah memperingatkan terjadinya kelebihan pasokan dan tidak jelasnya kejatuhan harga minyak.

"Pasar minyak telah menjauh dari hampir jenuhnya stok untuk menjadi defisit yang lebih cepat dari yang kami perkirakan sebelumnya," kata Goldman seraya menambahkan pasar telah mengalami defisit mulai Mei lalu karena kuatnya permintaan dan jatuhnya volume produksi.

Di Nigeria, Exxon Mobil menghentikan sementara ekspor minyak dari penghasil minyak mentah terbesar negeri ini, Qua Iboe, dan daerah lainnya sehingga memangkas output negara ini pada tingkat terendah dalam beberapa dekade terakhir pada 1,65 juta barel per hari.  Sedangkan Venezuela terancam oleh gagal bayarnya perusahaan minyak mereka PDVSA yang harus melunasi obligasi sebesar 5 miliar dolar AS tahun ini.

Di AS, produksi minyak mentah jatuh sampai 8,8 juta barel per hari atau 8,4 persen di bawah puncak produksi 2015 karena sektor minyak mengalami gelombang kebangkrutan, sedangkan di China turun sampai 5,6 persen menjadi 4,04 juta barel per hari April lalu.

Menghadapi gangguan ini, OPEC pun menaikkan pasokannya yang pada April mengalirkan 32,44 juta barel per hari atau naik 188.000 barel dari sebulan sebelumnya. Ini adalah pasokan tertinggi OPEc sejak paling tidak 2008, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016