Jakarta (ANTARA News) - PT. Bank Mandiri Persero Tbk membentuk unit khusus pengelola aset yang bertanggung jawab untuk mengantisipasi semakin memburuknya rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), pascapenurunan kualitas pembiayaan di awal tahun yang telah menggerus laba.

Direktur Manajemen Risiko Mandiri, Ahmad Siddiq Badrudin, di Jakarta, Senin, mengatakan capaian kinerja sepanjang Januari-Maret 2016 telah menyalakan "alarm" bahwa ancaman NPL masih membayangi, meskipun proses pemulihan ekonomi domestik sudah berjalan.

Per Maret 2016, NPL Mandiri konsolidasi secara "gross" mencapai 3,18 persen, meningkat dibanding periode sama tahun lalu, yang hanya 2,27 persen. Sementara untuk NPL secara sebesar 2,89 persen, naik dari 1,81 persen.

"Ini early warning signals untuk menangani kredit bermasalah. Kami akan buat direktorat baru yang menangani NPL ini," kata Siddiq.

Dia mengatakan unit baru ini akan berisi bankir-bankir senior yang bertugas untuk mengkaji kinerja dan kualitas pembiayaan debitur-debitur yang menyumbang capaian kredit bermasalah selama triwulan I 2016.

"Mereka akan lihat aliran pembiayaannya, dan juga usulan seperti restrukturisasi atau seperti apa," kata Siddiq.

Emiten bersandi BMRI ini mencatat, NPL 3,18 persen di triwulan I 2016 paling banyak disumbang oleh debitur pelaku usaha menengah. Debitur di segmen ini, kata Siddiq, sangat terpengaruh oleh pelambatan ekonomi global, seperti penurunan harga komoditas, yang akhirnya membuat tunggakan pembayaran pinjaman ke bank menjadi bermasalah.

Masih tingginya potensi kenaikan NPL ini juga yang membuat perseroan menaikkan biaya pencadangan kredit bermasalah hingga Rp4,59 triliun pada akhir Maret 2016, atau naik 196,7 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp1,5 triliun.

Jika tidak dikurangi biaya pencadangan, laba operasional Mandiri atau Pre-Provision Operational Profit (PPOP) Mandiri sebesar Rp9,7 triliun.

Siddiq melihat pada 2016 ini, NPL bisa membaik namun tidak akan agresif. Perseroan, ujarnya, sudah melakukan simulasi untuk penanganan kredit bermasalah. Hasilnya, kemungkinan NPL akan membaik secara signfikan, baru pada 2017, dengan catatan pemulihan ekonomi berjalan baik.

Direktur Pemasaran dan Treasuri Mandiri Pahala Mansury memproyeksikan NPL konsolidasi Mandiri secara gross di akhir tahun akan berada di 3,0 persen.

Penurunan itu juga bisa terjadi, kata Pahalam Mansury, jika likuiditas membaik, salah satunya karena limpahan dana repatriasi ke perbankan dari kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

"Tapi kan kita bukan Mama Lorentz ya, jadi ya itu hanya perkiraan saja, kalau kondisi ekonomi makro membaik, tingkat bunga juga turun, terus ada tax amnesty," kata dia.

Sepanjang triwulan I 2016, Mandiri mencairkan kredit sebesar Rp574,7 triliun atau tumbuh 7,9 persen dari periode sama di 2015.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016