"Kami juga ingin memotong rantai suplai, bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani"
Jakarta (ANTARANews) -  Menteri Pertanian Amran Sulaiman akan mengembangkan 1.000 Toko Tani Indonesia untuk menstabilkan harga komoditas pangan.

"Kami juga ingin memotong rantai suplai, bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani," ujar Amran di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan, keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) dapat mendekatkan hubungan antara produsen (petani) dan konsumen (masyarakat).

Dengan memotong rantai suplai, pemerintah berharap dapat menekan harga komoditas seperti bawang merah, cabai, dan beras yang sering kali melonjak tinggi di pasaran terutama menjelang hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri.

Sementara itu, Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menambahkan, keberadaan TTI  tidak berbenturan dengan eksistensi perusahaan yang dipimpinnya.

Justru, lanjut Djarot, Bulog dapat bekerja sama dengan toko tani demi memberikan harga komoditas pangan yang terjangkau masyarakat.

"Kami bekerja sama menjaga kestabilan harga pangan seperti yang diharapkan pemerintah," kata Djarot.

Toko tani sendiri mendapat tanggapan positif di berbagai daerah. Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Informasi Jagung (BKPPIJ) Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, menilai adanya toko tani Indonesia (TTI) dapat menekan harga beras.

TTI dianggap dapat mempengaruhi harga penjualan hasil pertanian di pasaran, sehingga tidak memberatkan konsumen. Keberadaannya juga diyakini dapat menyerap hasil pertanian dari petani lokal dan menjaga stabilitas harga pangan, serta mempercepat penjualan produk pertanian tanpa melalui rantai perdagangan yang panjang.

Dari Palembang, keberadaan toko tani yang dikelola gabungan kelompok tani di pasar tradisional diharapkan pemerintah daerah dapat berefek pada penurunan harga beras secara keseluruhan di pasaran. 

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2016