Kunci agar buku yang telah ditulis laku adalah judul yang menarik, sampul depan yang mencuri perhatian, slogan yang mampu melekat ke benak pembaca dan sampul belakang yang berisi sinopsis singkat,"
Jakarta (ANTARA News) - Penulis sejumlah buku laris Kirana Kejora mengatakan ada beberapa kiat agar buku yang ditulis laku di pasaran.

"Kunci agar buku yang telah ditulis laku adalah judul yang menarik, sampul depan yang mencuri perhatian, slogan yang mampu melekat ke benak pembaca dan sampul belakang yang berisi sinopsis singkat," ujar Kirana dalam diskusi yang adakan Universitas Dharma Persada di Jakarta, Rabu.

Menurut Kirana, ide penulisan dapat lahir dari hal-hal yang telah kita alami seperti perjalanan berwisata bahkan termasuk status Facebook yang dianggap sebagai hal remeh namun sangat mencerminkan diri kita.

"Penulis adalah pembelajar. Siapapun yang kita temui bahkan buku yang kita baca adalah guru kita. Penulis harus menyadari dirinya adalah selalu belajar hal baru. Banyak membaca adalah modal penulis," kata dia.

Meski demikian Kirana mengingatkan agar penulis pemula disiplin untuk menyusun kata dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

"Menyusun kata-kata itu harus benar. Untuk itu harus rajin membaca dan menghormati bahasa yang Anda gunakan."

Sejumlah buku telah dihasilkan Kirana antara lain novel Kepak Elang Merangkai Edelweis (2006), Antologi Tunggal Cerpen dan Puisi Perempuan dan Daun (2007), novel Elang (2009), dan novel Querido (2011).

Karya Kirana juga telah difilmkan yaitu novel Air Mata Terakhir Bunda (2012) yang menjadi Best Features Film di Balinale Internasional Film Festival 2013 dan masuk nominasi Festival Film Indonesia 2013. Tahun itu juga, Kirana merilis novel "Ayah Menyayangi Tanpa Akhir" (2013) yang laris hingga kemudian difilmkan.

Karya naskah film Kirana, Hasduk Berpola terpilih sebagai Film Inspiratif Kemendikbud 2013, Favorit Apresiasi Film Indonesia 2013 dan terpilih masuk Program Educational Screening IFF Melbourne 2015.

Pada 2016, Kirana merilis novel Senja Di Langit Ceko yang didukung Perpustakaan Nasional. Butuh waktu sekitar 10 tahun untuk Kirana dalam menulis buku berlatar perjalanan hidup siswa Indonesia yang menjadi korban tragedi G-30S PKI.

Modal penulis yang paling utama, lanjut Kirana, adalah niat untuk menulis buku dan memiliki mental yang kuat agar yakin untuk tahan ketika dicaci pembaca.

"Namun ketika itu bisa dilalui maka karya-karya yang dibukukan berikutnya akan memiliki pasarnya tersendiri dan mengalir dengan baik."

(I025)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016