Bogor (ANTARA News) - Institut Pertanian Bogor menambah jumlah kuota penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2016/2017 dengan adanya pembukaan dua program studi baru yakni dari 3.500 menjadi sekitar 3.600 calon mahasiswa.

"Otomatis ada penambahan kuota jumlah mahasiswa, tadinya kuota hanya 3.500 sekarang bertambah sekitar 3.600 mahasiswa," kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof Yonny Koesmaryono, di Bogor, Kamis.

Yonny mengatakan, dua program studi strata satu yang baru saja dibuka yakni Prodi Aktuaria di bawah naungan Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Prodi berikutnya Teknologi Hasil Ternak (THT) di bawah naungan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan.

"Untuk tahun ajaran baru ini Prodi Aktuaria dan THT kita sediakan kuota masing-masing 40 orang satu rombongan belajar. Jadi total ada 80 orang," katanya.

Tahun ini juga, lanjut Yonny, IPB membuka program studi luar domisi yang ada di Kabupaten Bekasi dengan kuota mahasiswa baru sebanyak 60 orang. Jika ditotal dengan dua prodi baru dan program studi luar domisi ada tambahan kuota sebanyak 140 orang.

"Penambahan ini dirasa cukup karena ini juga terkait dengan daya tampung asrama untuk mahasiswa baru mampu menampung 3.600 mahasiswa," katanya.

Yonny menjelaskan, program studi Aktuaria dan THT baru saja dibuka berdasarkan keputusan Senat Akademik 4 Mei 2016. Pendaftaran bagi prodi ini dapat dilakukan melalui jalur mandiri.

"Karena baru disetujui 4 Mei jadi terlambat untuk ikut dalam penerimaan melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN. Jadi kesempatan dibuka melalui jalur mandiri," katanya.

Menurut Yonny, kedua program studi tersebut cukup strategis karena kebutuhan untuk tenaga Aktuaria yang disebut Aktuaris sangat banyak untuk mengisi lowongan pekerjaan di bidang yang memiliki risiko finansial.

"Begitu juga dengan sarjana THT, banyak dibutuhkan di industri pengolahan peternakan," katanya.

IPB bersama empat perguruan tinggi lainnya, lanjutnya, mendapat mandat dari Kementerian Riset dan Teknologi, Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk membuka program studi Aktuaria untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga aktuaris dalam negeri.

"IPB tidak ditugasi sendiri, ada empat perguruan tinggi lainnya, yakni UI, ITB, UGM dan UTS. IPB perguruan tinggi pertama yang membuka program studi S1 Aktuaria. Saat ini yang baru ada S2 Aktuaria di ITB dan diploma tiga di UI," katanya.

Aktuaris umumnya bekerja di industri asuransi jiwa, asuransi umum, asuransi sosial, reasuaransi, asuransi jiwa syariah, konsultan aktuaria, dana pensiun, investasi/bursa, keuangan/perbankan, pendidikan, konsultan manajemen, kemenkeu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

"Aktuaris menempati posisi strategis dalam industri keuangan mengingat perannya dalam memperkirakan peluang terjadinya peristiwa di masa depan beserta risiko keuangan yang menyertainya," katanya.

Seorang aktuaris, lanjutnya, membutuhkan pengetahuan memadai dalam bidang matematika, statistika, dan ekonomi. Kualifikasi bidang ilmu ini membuat aktuaris Indonesia masih rendah jumlahnya.

"Kebutuhan tenaga Aktuaris sangat tinggi membuat aktuaris dari luar negeri bekerja di Indonesia, seperti dari Singapura dan Filipina. Menghadapi MEA ini menjadi tantangan kita untuk menghasilkan tenaga-tenaga aktuaris yang handal," kata Yonny.

Yonny menambahkan, untuk lulusan THT memiliki peran pada produksi ternak makanan sehat terjamin kehalalannya dan hygienis. Mampu memanfaatkan semua produk yang dihasilkan rumah potong hewan.

"Kalau prodi aktuaria baru dibuka, prodi THT dibuka ulang. Karena tahun 2005 lalu IPB sudah punya prodi ini, tetapi karena ada departemenisasi jadi bergabung. sekarang kita buka lagi prodi ini," kata Yonny.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016