Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia membuka peluang untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate lebih cepat untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter yang selama ini terbuka, akan dapat dimanfaatkan lebih awal dengan catatan stabilitas makroekonomi tetap terjaga.

"Kalau implementasi dan stabilitas makro ekonomi terjaga dan kondisi global juga diyakini terjaga, artinya ada ruang (pelonggaran moneter) dan ruang itu ingin kami komunikasikan. Kalau ada ruang dan didukung oleh data kami bisa melakukan pelonggaran moneter, itu yang dimaksud lebih awal," ujar Agus saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Agus menuturkan, perubahan kebijakan moneter sendiri dimungkinkan namun seiring dengan reformulasi kebijakan suku bunga acuan yang tetap dijalankan paralel sampai dengan 19 Agustus 2016.

Bank Sentral akan menggunakan tingkat bunga acuan baru yang berlaku 19 Agustus 2016, yakni "7-Day Reverse Repo Rate", yang ditujukan untuk mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter BI ke pasar uang.

Menurut Agus, dalam sebulan terakhir, transmisi kebijakan moneter BI menunjukkan hasil di mana terjadi perbaikan suku bunga deposito dan kredit.

"Kami lihat secara umum suku bunga deposito di masyarakat sudah terjadi perbaikan dalam arti penurunan rata-rata 57 bps (basis poin) sedangkan kredit terjadi penyesuaian 22 bps. Hal ini lebih baik dibanding bulan lalu, dan kami yakin ini karena transmisi kebijakan operasi moneter bisa dilakukan lebih efektif," kata Agus.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kendati suku bunga deposito dan kredit sudah mengalami penyesuaian, pertumbuhan kredit masih perlu didorong.

"Pertumbuhan kredit 8 persen ini kurang, kami perlu dorong pertumbuhan kredit. Yang selama ini kami lakukan adalah mendorong sisi penawaran kredit dari perbankan dengan melonggarkan likuiditas, menurunkan bunga, dan melonggarkan kebijakan makroprudensial. Yang perlu didorong koordinasi dengan pemerintah adalah dari sisi permintaan. Investasi swasta dan konsumsi yang lain perlu diperkuat agar permintaan kredit naik," ujar Perry.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016