Athena (ANTARA News) - Pesawat EgyptAir MS804 penerbangan Paris-Kairo yang hilang pada Kamis di Laut Mediterania timur,  jatuh dari ketinggian 22 ribu kaki (setara 6.705 meter) dan berbelok tajam  di wilayah udara Mesir sebelum menghilang dari radar, menurut pernyataan menteri pertahanan Yunani.

“Pesawat berbelok 90 derajat ke kiri dan 360 derajat ke kanan sebelum terjatuh dari ketinggian antara 37 ribu kaki (setara 11.277 meter) hingga 15 ribu kaki (setara Rp4.572 meter) dan sinyal hilang di ketinggian sekitar 10 ribu kaki (setara 3.048 meter),” ujar Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos dalam konferensi pers.

“Tampaknya pesawat hilang. Belum ada hasil yang jelas dari pencarian sejauh ini,” ujarnya.

EgyptAir MS804 dengan 66 orang di dalamnya hilang sekitar 130 mil laut dari Pulau Karpathos antara Pulau Kreta dan Rhodes.

Pilot pesawat sempat melapor kepada pusat pengendali penerbangan Yunani sekitar 25 menit sebelum pesawat hilang dari radar dan tidak melaporkan adanya masalah, menurut keterangan otoritas penerbangan sipil Yunani.

"Pengendali penerbangan menghubungi pilot (dengan pesawat) pada ketinggian 37.000 kaki (dekat Athena) ... dia tidak menyebutkan masalah," kata kepala penerbangan sipil Constantinos Litzerakos kepada Antena TV.

Litzerakos mengatakan pengendali telah lalu berbicara dengan pilot "sekitar 0005 GMT", sekitar 25 menit sebelum pesawat itu menghilang dari radar Yunani.

Pernyataan penerbangan sipil mengatakan pilot "dalam suasana hati yang baik dan berterima kasih dalam bahasa Yunani ketika diizinkan  keluar dari wilayah informasi penerbangan Athena.

"Kami melacak seluruh proses dari pesawat itu masuk (ke wilayah udara Yunani) hingga keluar, dan tidak ada sama sekali penyimpangan  dari koordinat yang kami berikan," kata Litzerakos.

Kementerian pertahanan Yunani mengatakan telah mengirimkan dua pesawat pencari dan kapal ke perairan internasional di daerah, dengan sumber daya tambahan siaga di Karpathos dan terdekat Crete, termasuk F-16 pesawat tempur dan kapal selam.

Yunani telah meminta Prancis dan negara-negara lain untuk citra satelit yang bisa memberikan petunjuk tambahan, kata Kammenos.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016