Borobudur, Jateng, (ANTARA News) - Para siswa Madrasah Aliyah Maarif Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2016 melalui upacara di Bukit Barade, sekitar tiga kilometer barat Candi Borobudur, Jumat.

Sejumlah guru sekolah yang terletak di dekat terminal angkutan umum Kecamatan Borobudur itu, juga ikut dalam upacara dengan khidmat di Bukit Barade dengan inspektur upacara Wakil Kepala MA Maarif Muhammad Muslih.

Keluarga besar sekolah tersebut berangkat dari sekolahnya menuju Bukit Barade yang konon pernah digunakan apel pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830), dengan menggunakan sepeda secara tertib.

Bukit Barade di Dusun Sendaren II, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur sejak setahun terakhir dikembangkan secara swadaya oleh warga setempat sebagai objek wisata alam dengan panorama matahari terbit dan pemandangan alam yang mengelilingi Candi Borobudur, serta pepohonan rindang, dan hawa sejuk.

Berdasarkan penuturan para sesepuh desa setempat, Barade singkatan "Bubare Perang Gede" (Setelah Perang Besar, menunjuk Perang Jawa dipimpin Pangeran Diponegoro).

Dalam upacara peringatan Harkitnas 2016 tersebut, seorang siswa memimpin lainnya mengucapkan Sumpah Setia Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi tiga poin, yakni setia kepada NKRI dalam situasi apapun, menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI bersama-sama elemen bangsa lainnya, dan bertekad mewujudkan NKRI yang aman dan tenteram.

Satu per satu mereka kemudian membubuhkan tanda tangan di atas kain putih bertuliskan "Ikrar NKRI Harga Mati" dan prosesi mencium bendera Merah Putih, serta mencuci muka dengan air bunga mawar warna merah putih.

Peserta upacara dengan tampak saksama juga mendengarkan pembacaan sejarah singkat terkait dengan Harkitnas.

Pada kesempatan itu, Muslih menceritakan tentang perjalanan sejarah masyarakat di kawasan Candi Borobudur pada masa lampau dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan RI.

"Kini setelah Indonesia mengalami kebangkitan nasional dan merdeka, menjadi kewajiban kita generasi penerus melanjutkan perjuangan para sesepuh kita," ujarnya.

Ia mengutip salah satu poin hasil Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama 2016 di Surabaya, yakni tentang komitmen NU bahwa NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 harus dipertahankan dengan cara "memerangi" semua bentuk separatisme di berbagai daerah.

Peringatan Harkitnas, katanya, sebagai momentum meneguhkan komitmen masyarakat terhadap nasionalisme Indonesia, bahwa NKRI sebagai harga mati bagi warga NU, termasuk keluarga besar MA Maarif Bororbudur.

"Saat ini tugas kita bukanlah memperdebatkan bentuk negara, karena hal itu sudah selesai saat UUD 1945 disahkan dan Pancasila menjadi dasar bernegara kita. Tugas kita mengisi kemerdekaan dan membangkitkan semua masyarakat Indonesia agar menjadi cerdas, adil, dan sejahtera. Menjadi negara yang baldatun thoyibatun warobbun ghafuur," katanya.

Seorang siswi kelas X MA Maarif, Soraya, mengatakan tentang manfaat peringatan Harkitnas yang memperkuat jiwa nasionalisme dan patriotisme, serta menanamkan penghargaan generasi muda terhadap jasa para pahlawan.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016