Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Jumat sore, jatuh 145 poin ke posisi 13.632 per dolar AS dari posisi sebelumnya 13.487 per dolar AS.

"Sentimen eksternal mengenai potensi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikan suku bunga acuannya menjadi faktor utama yang menekan mata uang rupia," ujar analis pasar uang Bank Mandiri Renny Eka Putri di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa kalangan pengamat memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunga acuannya pada Juni 2016 setelah data-data ekonomi Amerika Serikat seperti klaim pengangguran yang cenderung turun serta inflasi yang mendekati target 2 persen.

Departemen Tenaga Kerja AS merilis pada pekan yang berakhir 14 Mei, angka pendahuluan untuk klaim pengangguran awal disesuaikan secara musiman mencapai 278.000, turun 16.000 dari tingkat direvisi pekan sebelumnya.

Di sisi lain, Renny Eka Putri mengatakan bahwa Bank Indonesia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2016 dari kisaran 5,2 - 5,6 persen menjadi sekitar 5,0 - 5,4 persen turut mempengaruhi laju rupiah.

"Dua faktor dari The Fed dan BI itu yang cukup dominan mempengaruhi fluktuasi rupiah. Namun, sentimen The Fed lebih mendominasi karena efeknya mengglobal," katanya.

Ia mengharapkan bahwa Bank Indonesia mengintervensi rupiah di pasar uang untuk menahan tekanan terhadap rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, lanjut dia, adanya harapan perbaikan peringkat Indonesia dari Standard and Poor's (S&P) menjadi layak investasi atau investment grade juga diharapkan dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 13.573 melemah dari posisi hari sebelumnya yang berada pada 13.467 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016