Brussels (ANTARA News) - Bank-bank asing dan pelaku bisnis semestinya tidak menahan diri untuk menjalin bisnis secara sah dengan Iran, demikian pernyataan bersama Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Prancis, Inggris, dan Jerman usai pembicaraan di Brussels, Jumat.

Dalam pertemuan di Brussels, AS, Uni Eropa, Prancis, Inggris dan Jerman berusaha meyakinkan perusahaan-perusahaan bahwa setelah kesepakatan nuklir Iran bentuk perdagangan tertentu telah diizinkan.

"Kami tidak akan menghalangi aktivitas bisnis yang diizinkan dengan Iran," kata empat negara adidaya plus Uni Eropa dalam pernyataan bersama mereka.

Berdasarkan persyaratan dalam kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani tahun lalu dan diimplementasikan pada Februari, beberapa sanksi internasional yang ditujukan pada program nuklir Teheran telah dicabut.

Namun AS mempertahankan sanksi-sanksinya yang menyasar dugaan dukungan Iran terhadap gerakan bersenjata di Timur Tengah dan program rudal balistiknya.

Bank-bank Eropa, yang sering memiliki anak perusahaan di AS, masih enggan melanjutkan bisnis dengan Iran karena takut dituntut di Amerika Serikat.

Namun, pernyataan bersama dari pihak-pihak Barat untuk Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) memberikan lampu hijau kepada para pelaku bisnis.

"Minat Eropa dan perusahaan global lain di Iran sangat tinggi" menurut pernyataan itu.

Bank-bank Eropa enggan memperbarui ikatannya dengan republik Islam Iran karena khawatir mereka bisa melanggar hukum Amerika Serikat meski beberapa sanksi sudah dicabut.

"Kami memahami bahwa perusahaan-perusahaan mungkin masih punya pertanyaan-pertanyaan spesifik terkait sanksi atau kekhawatiran tentang melakukan bisnis dengan Iran," kata pernyataan itu sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

"Dan kami siap memberikan keterangan-keterangan jelas dengan cepat," kata pernyataan itu, yang mendorong bank-bank dan perusahaan lain bergerak dan meminta saran mengenai bagaimana membuat kesepakatan legal dengan Iran.

"Kami mendorong perusahaan-perusahaan mendekati pemerintah-pemerintah kami untuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang masih tersisa, daripada melewatkan kesempatan karena kesalahpahaman atau kurang informasi."


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016