Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Agama dengan University of Canberra, Australia menyepakati nota kesepakatan studi untuk menerima mahasiswa bergelar master asal Indonesia yang ingin meraih gelar doktor.

"University of Canberra akan membantu, mempersiapkan dan menggembleng lagi bahasa Inggris calon doktor ini," kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin di sela acara penandatanganan nota kesepakatan Kemenag-University of Canberra di kantornya area Lapangan Banteng, Jakarta, Senin.

Salah satu poin kesepakatan, kata dia, adalah pihak universitas akan menanggung biaya hidup dari calon doktor yang telah lulus seleksi. Selain itu, bagi peserta yang skor IELTS-nya baru 6 akan diberi pelatihan bahasa Inggris dari universitas terkemuka di Australia itu.

Menurut Amin, penandatanganan nota kesepakatan tersebut merupakan bagian dari realisasi program 5.000 Doktor yang dicanangkan sejak 2014. Khusus untuk universitas dari Australia tersebut memberikan lima slot kuota beasiswa per semester bagi kandidat doktor asal Indonesia.

Total per tahun, Kemenag mengirim 250 kandidat doktor ke berbagai universitas di luar negeri termasuk Australia. Sementara 750 kuota diberikan kepada para kandidat untuk mendapatkan beasiswa meraih doktor di kampus-kampus dalam negeri.

Dia mengatakan terdapat beragam program studi yang ditawarkan melalui program 5.000 Doktor. Meski program dijalankan Kemenag tetapi program studi tidak hanya untuk jalur keagamaan tapi juga untuk nonagama di antaranya arsitektur, kedokteran, teknologi informasi dan lainnya.

Wakil Deputi Konselor Riset University of Canberra Frances Shannon mengatakan kesepakatan dua pihak diharapkan dapat mempercepat penambahan lulusan doktor. Meskipun standar IELTS adalah 6,5, tetapi bagi calon doktor yang memiliki skor 6 dan lulus seleksi beasiswa tetap dapat diterima dan harus menjalani pelatihan bahasa.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016