Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno menyaksikan penandatanganan kontrak antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco yang menetapkan Amec Foster Wheeler Energy Limited sebagai Engineering and Project Management Services dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.

Dalam penandatanganan kontrak oleh Vice President of International Operations Saudi Aramco Al-Hadrami dan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi di Jakarta, Senin, perusahaan asal Inggris itu akan melakukan studi Basic Engineering Design (BED) untuk "upgrade" RDMP Cilacap.

Penandatanganan kontrak juga disaksikan oleh Menteri ESDM Sudirman Said dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.

"Kilang Cilacap memang proyek dengan Saudi Aramco. Tentu kami, Pertamina, sebagai pemegang saham sangat mendorong agar pekerjaan ini dikerjakan secepatnya karena memang perlu meningkatkan kemampuan yang ada di Cilacap," kata Rini.

Penandatanganan kontrak itu, lanjut dia, merupakan kelanjutan Heads of Agreement (HoA) yang ditandatangani kedua perusahaan pada November 2015 lalu.

Dalam sembilan bulan ke depan, Amec Foster Wheeler akan mengembangan ruang lingkup terkait usulan proyek pengembangan kilang yang sudah ada di Jawa Tengah dan akan menyelesaikan konfigurasi dan paket lisensi.

Pengembangan kilang Cilacap adalah bagian dari program Refinery Development Master Plan (RDMP) yang dimiliki Pertamina yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi Indonesia.

Diperkirakan untuk proyek pengembangan kilang Cilacap akan membutuhkan dana sekitar 4 miliar dolar AS hingga 5 miliar dolar AS.

Ketika proyek pengembangan mencapai tahap penyelesaian, kapasitas dari kilang Cilacap akan meningkat dari 340.000 barel per hari menjadi 370.000 barel per hari.

"Upgrade" kilang Cilacap juga diharapkan dapat meningkatkan Nelson Complexity Index (NCI) dari 5 menjadi 9,5 sehingga hasil produksinya menjadi lebih efisien dan diharapkan bisa mencapai produk dengan standar Euro 5.

Menurut Rini, meski kenaikan kapasitas hanya sekitar 10 persen, namun kenaikan secara kompleksitas yang hampir dua kali lipat menjadi salah satu pendorong percepatan proyek tersebut.

"Ini berarti efisiensi jadi lebih tinggi dan produk yang diproduksi kilang Cilacap ini akan lebih baik. Ini tentu bagus. Dalam pembicaraan juga diharapkan pekerjaan ini bisa diselesaikan lebih cepat dari waktunya," katanya.

Proyek pengembangan ini juga akan meningkatkan kapasitas petrokimia yang diproduksi kilang, yaitu "aromatics" meningkat hingga lebih dari 600 KTPA dan "polypropylene" meningkat hingga 160 KTPA.

Kedua perusahaan menargetkan penyelesaian Front End Engineering Design (FEED) pada 2018, dan memulai fase EPC di tahun 2019, sehingga proyek RDMP CIlacap direncanakan selesai di akhir tahun 2022.

Menteri ESDM Sudirman Said mengaku proyek tersebut merupakan proyek pertama yang paling maju progresnya karena semakin menuju proses konstruksi.

Menurut Sudirman, dalam waktu 10 tahun ke depan, Indonesia membutuhkan dua kali lipat kapasitas kilanh demi menjaga kedaulatan energi nasional. Pengembangan kilang Cilacap, merupakan langkah awal menuju tujuan tersebut.

"Buat saya, penandatanganan ini event pecah telur. Kick off dari rangkaian proyek untuk membangun, meningkatkan kapasitas kilang kita," ujarnya.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016