Jakarta (ANTARA News) - Konferensi Nasional Sejarah (KNS) ke-10 akan diselenggarakan di Jakarta pada 7-10 November 2016 dengan tema "Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah" sebagai forum berkumpulnya para sejarawan untuk membahas berbagai aspek kesejarahan.

"Tujuannya sebagai forum tidak hanya bagi para sejarawan profesional, tapi juga peminat sejarah untuk membahas kesejarahan," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Konferensi Nasional Sejarah tersebut juga bertujuan mengkaji buku-buku sejarah yang beredar di pasar, dan mencermati pengembangan pengajaran sejarah di sekolah.

Menurut Hilmar, guru juga harus terus belajar soal sejarah agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan murid yang melampaui apa yang dituliskan dalam buku.

Hilmar mengatakan sejarah perlu disampaikan dengan cara yang lebih populer saat ini ketimbang menggunakan penulisan yang cenderung membosankan untuk dipelajari.

Sejarawan dari Masyarakat Sejarawan Indonesia Anhar Gonggong menjelaskan pemilihan tema sejarah bahari Indonesia dinilai tepat mengingat kemaritiman nusantara yang sudah lama ditinggalkan.

"Kesalahan kita setelah merdeka adalah kita melupakan laut. Selalu darat yang terus diolah, tetapi laut kita diambilin orang lain," kata Anhar.

Dia mengatakan dirinya sepakat dengan apa yang pernah dikatakan oleh Presiden Joko Widodo bahwa bangsa Indonesia sudah terlalu lama memunggungi laut.

Untuk mengembalikan kejayaan di laut, lanjut Anhar, perlu adanya edukasi untuk memahami tentang sejarah bahari Indonesia.

"Setiap ada yang bernyanyi atau mengatakan nenek moyang kita seorang pelaut, tapi di saat bersamaan kita tinggalkan laut itu," ujar Anhar.

Konferensi Nasional Sejarah ke-10 akan melibatkan 232 peserta dari seluruh Indonesia, termasuk asosiasi sejarah luar negeri seperti Persatuan Sejarah Malaysia dan Asosiasi Sejarah Filipina.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016