Selama sekitar 12 jam, Presiden RI Joko Widodo beserta rombongan melakukan penerbangan dari Seoul, Korea Selatan, menuju Sochi, Rusia, dengan tujuan menghadiri KTT ASEAN-Rusia pada hari Rabu (18/5).

Dalam perjalanannya, Presiden singgah di kota terbesar ketiga di Rusia, Novosibirsk, tepatnya di Bandara Tolmachevo. Udara dingin, sekitar 9 derajat Celsius, menyambut Jokowi beserta rombongan usai menuruni pesawat.

Sebelumnya, saat hendak mendarat di Tolmachevo, sebagian penumpang pesawat kepresidenan Indonesia Satu juga disuguhi pemandangan kekuatan militer Rusia, baik skuadron tempur maupun angkut milik Angkatan Darat Rusia yang berjejer sejumlah helikopter tempur Mil Mi 24 Hind dan helikopter angkut Mil Mi 8 Hip di hanggar Tolmachevo yang juga menjadi pangkalan udara bagi Rusia bagian tengah.

Selama sekitar 1,5 jam Presiden dan rombongan berada di bandara tersebut untuk menanti selesainya "refuelling" pada Indonesia Satu.

Usai melakukan perjalanan kembali dari Bandara Tolmachevo selama kurang lebih 5 jam menuju Sochi, Presiden tiba di Bandara Adler dan disambut oleh Duta Besar Indonesia untuk Rusia Wahid Supriyadi serta para pejabat tinggi Rusia.

Sebelum memasuki kendaraan kepresidenan, Presiden Jokowi melakukan upacara khas Rusia yang dilakukan untuk menyambut tamu besar yang datang ke Negeri Beruang Merah itu.

Dalam upacara kecil itu, Jokowi mencuil potongan roti Karavay yang dibawakan oleh sepasang pemuda pemudi Rusia lalu dicolekkan ke garam dan diletakkan di pinggir baki roti tersebut yang berarti penghormatan bagi bumi Rusia.

Pada malam pertama di Rusia, Jokowi melakukan kunjungan kehormatan ke kediaman resmi Presiden Vladimir Putin bernama Bocharoc Rucey.

Rumah dinas itu itu sangat asri karena dikelilingi pepohonan rimbun dan taman yang luas, menambah dingin suasana disekitarnya yang pada sore itu bersuhu sekitar 10 derajat Celsius.

Jokowi tiba di kediaman Putin pada sekitar pukul 18.10 waktu setempat (22.10 WIB) dan segera melakukan pertemuan bilateral bersama Putin.

Dalam perbincangan kedua kepala negara itu, Indonesia dan Rusia saling memuji sikap politik dan kerja sama bidang ekonomi masing-masing negara.

Putin mengatakan bahwa Indonesia sudah 60 tahun menjadi negara sahabat dekat Rusia diawali saat Presiden Soekarno pada tahun 1956 berkunjung ke kota yang sama, Sochi.

Hubungan diplomatik Indonesia-Rusia sendiri terbangun pada tahun 1950 ketika Mohammad Hatta yang waktu itu masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri menerima tawaran Uni Soviet untuk membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia.

"Ingin saya sampaikan bahwa ada hubungan yang sangat dekat dan sangat lama antara Indonesia dan Rusia. Hubungan ini berawal dari sikap yang ditetapkan oleh Presiden pertama Indonesia Soekarno yang merupakan teman sejati untuk negara kami," jelas Presiden Putin dalam konferensi pers bersama di Sochi.

Putin menjelaskan Soekarno pada tahun 1956 berkunjung ke Sochi untuk melakukan perundingan dengan para pemimpin Uni Soviet terkait dengan hubungan perdagangan.

Saat kunjungan kerja Jokowi ke Sochi, Putin mengaku hal itu akan mengulang kembali sejarah 60 tahun lalu untuk meningkatkan interaksi bilateral di berbagai bidang.

Kendati pada tahun 2015 posisi volume perdagangan bilateral bersifat kurang bagus, Putin mengaku pada kuartal pertama 2016 terjadi peningkatan perdagangan bilateral sebesar 14 persen.

"Yang terutama diprioritaskan adalah prospek-prospek untuk mengembangkan kerja sama di bidang perdagangan," kata Putin.

Presiden Jokowi juga menyampaikan apresiasinya atas sambutan yang diberikan oleh pemerintah Rusia kepada delegasi Indonesia.

"Hubungan sejarah panjang kita sejak Presiden Soekarno perlu kita tingkatkan lagi sekarang ini dan saya ingin agar hubungan ekonomi, hubungan politik, hubungan budaya ini juga dikembangkan lagi," kata Jokowi.

Jokowi berharap dalam kunjungannya akan mendapat hasil yang positif untuk membangun hubungan kedua negara baik dalam sektor ekonomi, politik, maupun sosial dan budaya.

Indonesia telah menyampaikan keinginan untuk meningkatkan volume perdagangan dengan meminta Rusia untuk membatalkan penaikan pajak bagi impor minyak sawit Indonesia.

"Untuk perdagangan, kami minta kepada Presiden agar kiriman minyak sawit kita ke Rusia bisa diberikan jalan yang baik, kemudian juga bisa ditingkatkan lagi jumlahnya," kata Jokowi.

Total ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia pada tahun 2015 mencapai 480 juta kilobarel yang memberikan manfaat bagi petani sawit di Tanah Air.

Permintaan Jokowi atas peningkatan ekspor minyak sawit itu ditanggapi positif oleh Putin dengan menyatakan pencapaian kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang CPO.

Dalam pertemuan itu, dua kepala negara juga menyaksikan lima penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dalam bidang kerja sama pertahanan, kebudayaan, dan pengarsipan, serta pemberantasan penangkapan ikan ilegal.

Para pejabat asal Indonesia yang melakukan penandatanganan, di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Kepala Badan Arsip Nasional Mustari Irawan.

Sementara itu, pejabat negara yang juga hadir dalam pertemuan bilateral itu, yaitu Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Kepala Staf Presiden RI Teten Masduki.

Keesokan harinya, Kamis (19/5), Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan dari beberapa pengusaha asal Rusia, yaitu Direktur Eksekutif Russian Railways Oleg Belozerof di bidang transportasi kereta api, Direktur Eksekutif Blackspace Group Aleksandr Sergeevich Isaev bidang transportasi, Direktur Eksekutif En+ Group Maxim Sokov dan Direktur Eksekutif Vi Holding Group Alexander Popov di bidang pertambangan serta energi.

Para pengusaha tersebut juga menyampaikan keinginan perusahaannya untuk memperluas investasi dan bisnis mereka di Indonesia seperti investasi transportasi kereta api umum di Kalimantan secara 100 persen.

Kendati demikian, Presiden meminta kepada para pengusaha untuk berkoordinasi dengan BUMN untuk membangun kereta api umum karena peraturan di Indonesia tidak memperbolehkan investor asing menguasai 100 persen modal untuk transportasi tersebut.

"Selama pembicaraan bahwa terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam rangka kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan semua pihak," demikian Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan hal yang dibicarakan oleh Presiden Jokowi bersama pengusaha asal Rusia.

Selain itu, Presiden juga menekankan pentingnya hilirisasi industri di bidang pertambangan dari perusahaan-perusahaan Rusia di Indonesia dan pemberian manfaat industri bagi masyarakat serta kompensasi sosialnya dan perhatian pada lingkungan hidup.

Kabar baik lainnya dalam kunjungan itu adalah perusahaan migas asal Rusia, Rosneft, akan menandatangani kesepakatan kerja sama pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur, dengan total investasi senilai 13 miliar dolar AS.

"Tiga belas miliar pada dasarnya full kilang grass root refinery, yang produksi bbm, yaitu solar dan nafta, yang proses lebih lanjut ke aromatic dan petro chemical," kata Menteri BUMN Rini Soemarno ditemui usai mendampingi Presiden Jokowi menerima pimpinan perusahaan Rosneft Igor Sechin.

Pembangunan kilang minyak Tuban itu dapat menambah cadangan minyak nasional dari dalam negeri sendiri. Selain itu, dapat menjadi penghubung perdagangan minyak regional ke sejumlah daerah maupun ke luar negeri seperti FIlipina, jelas Rini.

Menteri menjelaskan pembangunan sepenuhnya dapat dilakukan pada tahun 2018. Pada hari Kamis (26/5), rencananya Rosneft akan berkunjung ke Indonesia untuk menandatangani kesepakatan pembentukan "Joint Venture" studi lapangan seismik untuk mempelajari jenis kilang minyak yang sesuai untuk keadaan tanah di Tuban.

Selain kesepakatan pembangunan kilang minyak di Tuban, Rosneft juga berkomitmen kepada pihak PT Pertamina untuk dapat berpartisipasi dalam pengelolaan ladang-ladang minyak di Rusia.

Rusia juga menawarkan kepada Indonesia sejumlah ladang di negaranya kepada pihak PT Pertamina.

Menurut Rini, Rosneft saat ini sedang melakukan studi kelayakan mencari ladang minyak yang tepat bagi Indonesia.

Rini mengatakan pemerintah sedang mengkaji agar ladang minyak itu memiliki cadangan sebesar 200 juta barrel dengan target produksi 35.000 barel per hari.

Menteri mengatakan bahwa kemungkinan Rosneft dapat menyiapkan 2 sampai dengan 3 ladang minyak di Rusia.

KTT ASEAN-Rusia
Tujuan utama Presiden Jokowi berkunjung ke Sochi adalah menghadiri KTT ASEAN-Rusia. Perhelatan itu tidak kalah penting dibanding pertemuan bilateral bersama para pengusaha karena melalui kerja sama kawasan juga dapat membangun keamanan dan kestabilan politik di kawasan Asia Tenggara yang tentu saja berpengaruh besar terhadap kepercayaan keamanan dari investor di luar negeri.

Selain Presiden Jokowi dan Presiden Putin, sejumlah kepala negara/pemerintahan atau perwakilannya yang hadir dalam rangkaian KTT ASEAN-Rusia adalah Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha, Perdana Menteri Laos Thongloun Sisoulith, Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolqiah, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Hadir pula Presiden Myanmar Htin Kyaw, Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Filipina Mario Montejo, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen juga menghadiri pertemuan.

Presiden Jokowi mengatakan bahwa kemitraan ASEAN-Rusia dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian serta kesejahteraan dunia.

Terkait dengan perdamaian dunia, Jokowi mengatakan bahwa relatif banyak sekali konflik yang terjadi dan telah menyebabkan krisis kemanusiaan. "Sudah waktunya semua negara di dunia mencegah dan menyelesaikan konflik," ucap Presiden.

Dalam kaitan ini, Presiden menyatakan bahwa Indonesia menilai pentingnya bangunan arsitektur kawasan yang dapat menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

Arsitektur kawasan tersebut dapat menonjolkan prinsip-prinsip terbuka, transparan, dan inklusif; menghormati kedaulatan dan integritas negara lain; mengutamakan dialog dalam penyelesaian masalah; serta menghormati hukum internasional, jelas Jokowi.

Para pemimpin dan delegasi yang berkumpul di KTT ASEAN-Rusia telah menyepakati Deklarasi Sochi yang menyetujui melakukan penguatan dialog kemitraan yang berdasarkan pada kesetaraan, keuntungan bersama, dan pengutamaan perdamaian, stabilitas dan keamanan serta pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Berikutnya, poin kerja sama politik dan keamanan yang menghargai kedaulatan dan integritas kawasan serta intensifikasi kawasan antisenjata nuklir Asia Tenggara dan penguatan kerja sama memberantas terorisme dan radikalisme.

Deklarasi Sochi juga memuat mengenai kerja sama ekonomi dengan memperkuat kerja sama untuk mendukung Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Cetak Biru pada tahun 2025 serta pengkajian mengenai kerja sama mutualisme antara organisasi kawasan ASEAN-EAEU dan SCO serta meningkatkan volume perdagangan kawasan ASEAN dengan Rusia.

Di bidang kerja sama sosial dan budaya, Deklarasi Sochi mencakup implementasi Tahun Budaya ASEAN-Rusia 2016 untuk mengencangkan ikatan kebudayaan antara Rusia dan ASEAN serta melakukan program pertukaran pemuda dan pendidikan untuk mendalami kebudayaan masing-masing.

Untuk mengurangi kesenjangan pembangunan dan konektivitas, Deklarasi Sochi juga mendukung Inisiatif Integrasi ASEAN (IAI) dan promosi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta inklusif.

Poin-poin tersebut, kata Jokowi, akan dapat membantu peningkatan hubungan ASEAN-Rusia dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya, serta keamanan dalam membangun masyarakat sejahtera bersama.

Oleh Bayu Prasetyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016