London (ANTARA News) - Pasar saham Eropa berakhir melemah pada Senin, menyusul kinerja suram sebagian besar pasar Asia, ketika saham-saham di Wall Street diperdagangkan dalam kisaran sempit.

"Ini adalah awal tanpa arah untuk minggu baru bagi pasar Eropa karena investor mencerna lebih banyak pembicaraan hawkish Fed, penurunan harga minyak, peningkatan data ekonomi Prancis dan Jerman dan mega-merger lain sedang menghadapi masalah peraturan," kata Jasper Lawler dari CMC Markets Inggris.

Saham-saham Eropa telah berjalan bolak-balik selama seminggu terakhir, karena investor mulai mengambil lebih serius kemungkinan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga acuannya pada Juni.

Yoav Nizard dari broker mata uang FXCM mengatakan "pasar sedang ragu, terbelah antara kemungkinan peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve dan ekspektasi langkah-langkah dukungan baru dari ECB menyusul meningkatnya risiko deflasi di zona euro".

Selain itu, "penurunan harga minyak menempatkan tekanan turun terhadap bursa saham Eropa yang tidak diuntungkan dari euro yang melemah," tambahnya.

Berita perusahaan besar pada Senin berasal dari perusahaan raksasa obat dan bahan kimia Jerman, Bayer, yang mengatakan telah menawar 62 miliar dolar AS (55 miliar euro) untuk kelompok pertanian AS Monsanto, karena perusahaan berusaha untuk menciptakan pemasok benih, pestisida dan rekayasa genetik tanaman terbesar di dunia.

Saham Bayer jatuh 5,7 persen menjadi 84,42 euro pada indeks DAX-30 di Frankfurt ditutup turun 0,7 persen. Saham Monsanto naik 4,9 persen menjadi 106,52 dolar AS dalam perdagangan di Wall Street.

Indeks acuan FTSE 100 di London menurun 0,1 persen setelah pemerintah memperingatkan pada Senin dalam sebuah laporan bahwa Inggris dapat jatuh ke dalam resesi panjang dan kehilangan ratusan ribu pekerjaan jika memilih untuk meninggalkan Uni Eropa pada bulan depan.

Sementara itu di Paris, indeks CAC 40 merosot 0,7 persen, dengan AXA juga jatuh 0,7 persen setelah menjadi perusahaan asuransi global pertama yang memutuskan hubungan dengan industri tembakau, mengatakan pihaknya akan menjual investasi di sektor ini senilai sekitar 1,8 miliar euro

Di pasar valuta asing, euro jatuh terhadap dolar, yang pada gilirannya turun terhadap yen.

Indeks saham utama di Tokyo ditutup turun 0,5 persen, juga setelah Jepang menerbitkan data baru yang menunjukkan ekspornya telah goyah pada April.

Penguatan yen telah merugikan eksportir Jepang, pendorong utama ekonomi terbesar ketiga di dunia itu, karena membuat produk mereka relatif lebih mahal di luar negeri.

Jepang berharap rekan-rekan G7-nya -- Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Prancis dan Kanada -- pada pertemuan akhir pekan ini bisa memberikan ruang gerak untuk menjinakkan unitnya karena mengancam keuntungan korporasi Jepang.

Jepang terakhir melakukan intervensi di pasar uang sekitar November 2011, ketika ia mencoba untuk membendung kenaikan yen terhadap dolar guna menjaga pemulihan ekonomi di jalurnya setelah bencana gempa-tsunami awal tahun itu.

Tetapi G7 sepakat tentang "pentingnya semua negara menahan diri dari devaluasi kompetitif", sementara Menteri Keuangan AS Jacob Lew menekan Tokyo untuk menegakkan komitmen sebelumnya untuk tidak mengintervensi nilai tukar.

Pertemuan itu terjadi menjelang pertemuan puncak G7 di Jepang akhir pekan ini yang akan dihadiri oleh Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin lainnya.

Menteri keuangan G7 pada Sabtu menyuarakan keprihatinan tentang ekonomi global yang lesu sehingga mereka berencana untuk mendorong pertumbuhan.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016