... Mereka katakan ingin mati syahid di medan yang nyata."
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) meningkatkan pendidikan keislaman dan deradikalisasi kepada TKI.

"Jangan sampai mereka di luar negeri bukannya kerja, malah jadi teroris," kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid usai bertemu Presiden Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Selasa.

Nusron mengemukakan, dirinya dipanggil Presiden Jokowi terkait adanya laporan bahwa ada delapan orang TKI di Korea Selatan (Korsel) yang terindikasi masuk jaringan ISIS.

"Itu konsen Pemerintah Korea, dan mereka langsung dideportasi Pemerintah Korea ke Indonesia, karena itu saya dipanggil Presiden yang meminta supaya dipantau khusus, jangan sampai terulang. Kasarannya saya ditegurlah agar pembinaan TKI di sana lebih baik jangan sampai terinfiltrasi ikut-ikutan gerakan atau pengajian yang aneh-aneh," katanya.

Ia menyebutkan delapan TKI itu sudah dipulangkan sekitar sebulan lalu. Mereka semuanya laki-laki, antara lain berasal dari Pati I
(Jawa Tengah) dan Indramayu (Jawa Barat).

Nusron menjelaskan, Pemerintah Korsel dengan teknologi yang dimiliki dapat mendeteksi indikasi keterhubungan mereka dengan gerakan radikal melalui jaringan sosial media yang digunakan para TKI itu.

"Sebelum dipulangkan mereka ditanya akan melakukan apa setelah itu, mereka katakan ingin mati syahid di medan yang nyata. Itu yang membuat mereka dipulangkan," ujar Nusron, mengutip keterangan pihak Korsel.

Para TKI tersebut sudah bekerja di sana sekitar tiga hingga empat tahun, dan mereka kerja di pabrik.

Nusron menyebutkan, pihaknya menyerahkan pembinaan dan pengawasan kepada mereka yang sudah dipulangkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)

"Dari sisi kita, sebelum para TKI berangkat, kita kasih materi tentang Islam dan kebangsaan. Arahnya agar mereka tidak sampai terjebak pada pengajian yang aneh-aneh. Kan kita ada mekanisme sebelum berangkat, yaitu pembinaan akhir pemberangkatan," katanya.

Menurut dia, pihaknya juga akan melakukan semacam deradikalisasi kepada pengurus masjid yang dikelola TKI di Korsel.

"Semua kita antisipasi dengan edukasi khusus, bagaimana beribadah dengan benar," katanya.

Nusron menyebutkan bahwa temuan adanya TKI maupun tenaga kerja wanita (TKW) yang terindikasi terhubung dengan gerakan radikal baru ada di Korsel.

"Di negara lain belum ada laporan, yang banyak terkait kasus narkoba dan TKW hamil tanpa suami," katanya menambahkan.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016