Makassar (ANTARA News) - Para mubaligh yang banyak bersentuhan dengan masyarakat pada bulan Ramadhan 1437 Hijriyah ini akan menyosialisasikan beberapa program Pemerintah Kota Makassar yang sejalan dengan ajaran agama.

"Ada banyak program Pemkot Makassar yang sejalan dengan ajaran agama dan inilah yang akan kita sampaikan nanti ke ceramah di masjid-masjid," ujar Ketua DPP Immim Ahmad M Sewang di Makassar, Selasa.

Beberapa program Pemkot Makassar yang sejalan dengan ajaran agama Islam antara lain "Makassar Tidak Rantasa/jorok (MTR) dan Lihat Sampah Ambil (Lisa)".

Bagi Ahmad Sewang, program itu bernafaskan ajaran Islam karena salah satu perintah agama yakni menjaga kebersihan karena kebersihan adalah bagian dari keimanan.

"Islam itu mengajarkan kita kebersihan, kerapihan, keteraturan dan lainnya. Intinya, kebersihan adalah bagian dari iman dan itu sudah perintah agama," katanya.

Menurut Ahmad, pemerintah kota saat ini sangat serius dalam membangun akhlak umat dan itu harus didukung sepenuhnya tidak terkecuali para mubaligh yang banyak menyampaikan anjuran dan perintah agama.

Hal itu tercermin dari beberapa program pemerintahan Danny-Ical dibidang keagamaan seperti insentif bagi guru mengaji dan pemandi jenazah, pengajian perkelurahan, dan penataan kawasan lokalisasi nusantara sebagai kawasan kuliner.

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kamaruddin Munde menuturkan program Pemkot masuk masjid sebagai bentuk sinergitas antara Pemkot dan mubalig.

"Ini memang salah satu program dalam meningkatkan silaturahmi antara Pemkot dan mubalig," ujarnya.

Wali Kota Makassar, Danny Pomanto menitipkan kepada mubalig Makassar saat bulan puasa Ramadan nanti melalui syiar Islam dapat mengingatkan kepada jamaah untuk kembali memperkuat pondasi keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat.

"Anak-anak kita banyak yang tidak lagi dididik oleh orang tuanya. Mereka belajar dari smartphone sementara orang tua tidak memiliki batasan dan kontrol terhadap informasi yang diakses oleh anak-anak," katanya.

Salah satu bentuk keprihatinannya dengan tidak adanya batasan anak-anak dalam mengakses informasi yang kurang mendidik adalah banyaknya bermunculanlah kasus kekerasan, tindak kejahatan, pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan narkoba.

"Ibarat gunung es, satu per satu kasus muncul ke permukaan yang tampak hanya sebagian kecil namun yang tak terekspose jauh lebih besar," katanya.

Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016