Tokyo (ANTARA News) - Jepang dan Kanada sama-sama mempunyai perhatian saksama atas pengurukan dan militerisasi di Laut China Selatan, kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Selasa, terkait kegiatan kelautan China.

China dan Amerika Serikat saling tuding melakukan militerisasi di Laut China Selatan setelah Beijing melakukan pengurukan besar dan pembangunan di bagian bersengketa, sedangkan Washington meningkatkan patrolinya dan pelatihan militer di perairan tersebut.

Tanggapan Abe itu, dalam pernyataan pers bersama dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, disampaikan menjelang pertemuan tingkat tinggi negara anggota G-7 pada akhir pekan ini.

Keamanan bahari, demikian pula dengan ekonomi dan terorisme global, akan menjadi masalah utama dalam pertemuan tersebut.

"Mengenai Laut China Selatan, kami sama-sama punya perhatian serius atas tindakan unilateral yang memicu ketegangan, seperti reklamasi besar-besaran, pembangunan sejumlah fasilitas, dan militerisasi," kata Abe kepada wartawan.

"Ini pencapaian penting bahwa kami sepakat untuk bekerja sama untuk menjamin landasan hukum, membebaskan, dan mengamankan lautan," katanya dengan mengacu pada pembicaraannya dengan Trudeau.

China mendaku hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim beberapa wilayah perairan yang dilalui kapal dagang bernilai sekitar 5 triliun dolar AS per tahun itu.

Tokyo tidak ikut mengklaim rute pelayaran tersebut, namun khawatir akan peningkatan aktivitas militer China menjangkau jalur laut yang dilalui sejumlah kapal dagang Jepang.

Trudeau menghindari berkomentar terkait sengketa wilayah perairan tersebut dan malah memutuskan untuk tetap fokus pada hubungan ekonomi dengan Jepang.

"Sebagai bagian dari delegasi kami, Menteri Perdagangan Kanada ada di sini. Dia akan bertemu dengan sejumlah perusahaan Jepang dan berharap menyampaikan bagian dari tujuan kunjungannya," katanya.

Dia tidak menjelaskan rencana Menteri Perdagangan Internasional Kanada Chrystia Freeland di Jepang.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016