Kairo (ANTARA News) - Mesir menggandeng dua perusahaan, satu dari Prancis dan satu dari Italia, untuk mencari kotak hitam pesawat EgyptAir yang jatuh di laut Mediterania, kata pemimpin maskapai tersebut, Rabu (25/5).

Pesawat EgyptAir dengan nomor penerbangan 804 EgyptAir jatuh pada 19 Mei dengan 66 orang di dalamnya, termasuk 30 warga Mesir dan 15 dari Prancis, dan hampir satu minggu setelahnya penyelidik belum juga mendapatkan gambaran jelas mengenai saat-saat terakhir pesawat tersebut.

Pemimpin EgyptAir Safwat Moslem tidak menyebutkan kedua perusahaan yang akan terlibat dalam pencarian kotak hitam, namun menyatakan dalam konferensi pers bahwa mereka bisa mencari hingga kedalaman 3.000 meter.

Pesawat dan kotak hitam perekamnya, yang bisa menjelaskan penyebab pesawat rute Paris-Kairo itu jatuh ketika memasuki wilayah udara Mesir, belum diketahui lokasi keberadaannya.

Kotak hitam itu diyakini berada 3.000 meter di bawah permukaan air, di batas jarak pendengaran sinyal yang setiap detik keluar.

Para ahli kelautan mengatakan bahwa itu berarti hidrofon akustik (alat untuk mendengarkan bunyi di dalam air) perlu diturunkan ke kedalaman hingga 2.000 meter untuk membuka kemungkinan alat dapat menangkap sinyal dari kotak hitam, yang biasanya bertahan sampai 30 hari.

Sampai baru-baru ini, sumber-sumber di kalangan penerbangan mengatakan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat atau perusahaan swasta kontraktornya, Phoenix International, dianggap sebagai satu-satunya sumber peralatan yang dibutuhkan untuk mencari frekuensi yang tepat untuk melacak pinger kotak hitam di kedalaman seperti itu.

Angkatan Laut Amerika Serikat pada Selasa (24/5) menyatakan belum dimintai bantuan.

Sumber di komite penyelidik Mesir, yang berbicara dengan syarat jati dirinya tak disebut, mengatakan, Rabu, pesawat jet nahas itu tidak menunjukan tanda-tanda mengalami masalah sebelum lepas landas dari Paris.

Mereka mengatakan pesawat hilang dari layar radar kurang dari satu menit setelah memasuki wilayah udara Mesir. Selain itu, berbeda dengan laporan dari Yunani, menurut sumber sumber itu tidak ada tanda bahwa pesawat berputar mendadak sebelum jatuh.

Awak pesawat tidak melakukan kontak dengan pusat pengendali lalu lintas udara Mesir, kata mereka.

Seorang petugas forensik Mesir mengatakan sebanyak 23 kantong berisi potongan jenazah telah dikumpulkan, yang paling besar tak lebih besar dari kepalan tangan.

Pejabat tersebut mengatakan ukuran potongan-potongan itu menunjukkan kemungkinan adanya ledakan kendati hingga kini belum ada petunjuk soal ledakan.

Tapi Hisham Abdelhamid, kepala badan forensik Mesir, mengatakan penilaian itu masih merupakan "asumsi belaka" dan bahwa masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan.

Sedikitnya dua sumber lain yang langsung mengetahui penyelidikan itu mengatakan masih belum waktunya mengatakan apa penyebab pesawat itu jatuh ke laut.(Uu.T008)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016