Jakarta (ANTARA News) - Muhammadiyah mengajak umat Islam mempersiapkan diri menggunakan Kalender Hijriyah Global yang sedang dikaji dalam pertemuan para ulama dan pakar astronomi Islam dari berbagai negara di Istanbul Turki pada 28-30 Mei.

"Dari belasan model telah mengerucut menjadi empat model yang akan diperkenalkan sebagai acuan penentuan tanggal Hijriyah," kata Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Dr HM Marifat Iman usai Seminar "Kalender Hijriyah Global: Sebuah Keniscayaan" di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) di Jakarta, Kamis.

Model yang akan diputuskan itu adalah model yang akan berlaku umum untuk seluruh dunia, sehingga umat Islam tidak lagi terjebak dengan kalender yang bersifat lokal, ujarnya.

Sementara itu, Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Prof Tono Saksono PhD mengatakan, jika hilal sudah tampak di sebelah barat langit, maka berarti sudah terjadi ijtimak (konjungsi) yang berlaku untuk seluruh dunia.

"Apakah hilal mulai terlihat di Amerika Latin, di Afrika atau di Samudera Pasifik, meskipun di suatu negara atau di Indonesia hilal tidak terlihat, maka sudah bisa ditetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal atau 1 Dzulhijjah secara global," katanya.

Namun demikian, lanjut dia, hasil konferensi yang diinisiasi oleh Kementerian Agama Turki tersebut tidaklah mengikat untuk diterapkan di Indonesia atau negara lainnya.

Muhammadiyah pun, akunya, masih perlu waktu sangat panjang untuk menggunakannya, karena masih harus melalui pengkajian dan pembahasan di Majelis Tarjih dan Musyawarah Nasional.

"Tapi landasan ISRN adalah perlunya kesatuan waktu secara internasional seperti yang diamanatkan Muktamar Muhammadiyah di Makassar tahun lalu," katanya.

Ia mencontohkan pentingnya penyatuan kalender Islam global itu misalnya terkait tanggal 9 Dzulhijjah yang merupakan pelaksanaan wukuf di Arafah.

"Kalau pelaksanaan Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah di Indonesia berbeda dengan Idul Adha dan wukuf di Arafah di Arab Saudi maka selalu jadi masalah," katanya.

Jika Kalender Hijriyah Global ini disepakati oleh umat Islam dunia, maka umat Islam tidak perlu lagi menggunakan Kalender Gregorian sebagai patokan dan bisa membuat Kalender Hijriyah hingga ratusan tahun ke depan, ujarnya.

"Ketiadaan kalender Hijriyah menimbulkan zakat terutang umat Islam yang mencapai Rp5 triliun dolar AS dalam 500 tahun ke depan," katanya.

ISRN yang dibentuk oleh Uhamka sebagai kontribusi atas rekomendasi Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 tentang "Penyatuan Kalender Islam" kini telah mengembangkan cakupannya ke riset bersendikan integrasi Islam dan ilmu pengetahuan.

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016