Mengubah pemain bukan hanya soal mengubah komitmen, nilai, dan kerja. Jika anda terus bekerja, maka anda bakal menjadi pribadi tangguh,
Milan (ANTARA News) - Siapa sosok di balik ketangkasan balatentara Real Madrid dan keberanian Atletico Madrid? Baik Zinedine Zidane di kubu Madrid maupun Diego Simeone di kubu Atletico siap memateri duel berlabel El Derbi Madrileno dalam kompetisi kasta tertinggi Eropa, Liga Champions.

Kedua panglima balatentara itu beradu taktik, yakni merancang dan memotivasi anak buahnya agar bersedia tampil mati-matian demi kehormatan dan kejayaan, bukan demi kepentingan diri sendiri apalagi dibalut niat-niatan serba luhur.

Keluhuran sikap yang dibalut kepura-puraan akhirnya tersingkap di sebuah kompetisi. Baik Real Madrid maupun Atletico Madrid siap berduel dalam final Liga Champions, di Stadion San Siro, Milan, Italia, pada Minggu, pukul 01.45 WIB. Pertandingan itu akan ditayangkan secara langsung oleh RCTI.

Apa saja raihan prestasi Zinédine Zidane? Sebagai pemain dan pelatih, ia telah mencecap atmosfer dan menghirup oksigen menjadi juara.

Pada Liga Champions 2001/02, ia mengangkat trofi si Kuping Besar sebagai pemain Merengeus. Negaranya kemudian memotivasi dia agar mengembalikan kejayaan Prancis di buku besar sepak bola Benua Biru.

Sementara, Diego Simeone di kubu Atletico Madrid, mengukuhkan diri sebagai manajer ketiga asal Argentina yang mampu keluar sebagai juara kompetisi, sesudah Luis Carniglia (Madrid 1958 dan 1959) dan Helenio Herrera (Inter Milan 1964 dan 1965).

Label sebagai sosok Berhati Singa, menjadi modal berarti untuk menapaki kompetisi elite Eropa, karena ia meraih kemenangan di Piala UEFA (bersama Inter Milan 1998) dan Piala Super UEFA (Lazio 1999) sebagai pemain.

Pernyataan kedua manajer, sebagaimana dikutip dari laman UEFA:

* Zinedine Zidane (Real Madrid):
"Seluruh pemain sangat senang menghadapi laga final. Kami siap bermodal motivasi untuk tampil kemudian meraih kemenangan. Kami bekerja keras agar dapat mewujudkan cita-cita ini."

"Omong kosong, mencapai final tanpa kerja keras. Normal, bila kami menghadapi banyak kendala ketika melakoni laga final."

"Kalah bukanlah sebuah kegagalan. Kegagalan berlaku bagi cara bersikap, atau jika anda tidak mampu menghormati anak buah. Ini hanyalah laga sepak bola. Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi meski anda sudah menyiapkan diri sedemikian rupa."

"Sebuah kisah besar bakal terjadi yang menyangkut kesatuan, kebersamaan, keberanian, kesungguhan, semuanya ini akan tampak dalam pertandingan nanti. Kualitas akan banyak bicara."

"Saya suka berada dalam tekanan. Saya berpengalaman baik sebagai pemain dan pelatih. Ini tentu saja berbeda. Carlo Ancelotti kerapakli berkata. Sebelum final di Lisbon, ia berujar, saya harap suatu saat nanti engkau dapat menjadi pelatih kepala. Saya pegang apa kata-kata dia."

"Anda harus mampu bertahan dengan baik, Kami harus bekerja keras ketika melancarkan serangan. Apa yang kami harus lakukan, yakni berlari, berlari, berlari."
 
* Diego Simeone (Atletico Madrid):
"Setiap pemain punya motivasi untuk meningkatkan prestasi, dan bertumbuh serta berkembang dalam hidup ini. Jika anda bekerja, bekerja, dan bekerja, tentu anda mewujudkan apa yang anda inginkan dan cita-citakan."

"Tampil bermain di laga final sungguh fantastis. Apalagi dapat meraih kemenangan. Pengalaman menjadi guru terbaik kehidupan. Memang tidak mudah, tetapi semuanya perlu demi perkembangan dan kemajuan diri di masa depan."

"Mengubah pemain bukan hanya soal mengubah komitmen, nilai, dan kerja. Jika anda terus bekerja, maka anda bakal menjadi pribadi tangguh, anda akan dapat meraih banyak hal."

"Madrid telah banyak berubah (sejak 2014). Kami juga melakukan banyak perubahan meski masih dalam pakem struktur. Casemiro menjadi pemain yang membuat serangan balik Madrid sangat berbahaya, utamanya dalam serangan balik. Ini tampak ketika mereka melawan Manchester City."

"Jika anda memberi ruang kepada Madrid, maka para pemain mereka sangat berbahaya." 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016