Padahal Pancasila ini istimewa karena hanya kita yang punya, sehingga harus kita banggakan. Kalau enggak ada jalan tengah Pancasila mungkin tak ada kerukunan dalam keberagaman seperti ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Syaifullah Yusuf mengatakan peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai pengingat bagi masyarakat untuk tetap mempertahankan Pancasila dalam kondisi apa pun.

Pada era globalisasi seperti ini, pergumulan ideologi sering terjadi dan mengikis falsafah bangsa, kata Syaifullah yang akrab disapa Gus Ipul itu, di Jakarta, Senin.

"Padahal Pancasila ini istimewa karena hanya kita yang punya, sehingga harus kita banggakan. Kalau enggak ada jalan tengah Pancasila mungkin tak ada kerukunan dalam keberagaman seperti ini," katanya lagi.

Dia menuturkan, sebagai pedoman berbangsa, Pancasila sudah final, sehingga bagi kelompok yang menolak hendaknya kembali mengkaji Pancasila dan dilihat aspeknya yang mampu menyatukan berbagai perbedaan.

"Indonesia ini kan bangsa besar. Terdiri dari ribuan pulau, bahasa, suku, dan latar belakang yang macam-macam. Masalah seperti itu enggak bisa kita hindari. Tapi bagaimana nantinya kearifan lokal perlu diseleraskan untuk kepentingan nasional," kata dia.

Pada Muktamar ke-27 NU di Situbondo, Jawa Timur, KH Ahmad Shiddiq menjelaskan pandangan Islam terhadap NKRI bahwa mendirikan negara serta membentuk kepemimpinan negara dalam rangka memelihara keluhuran agama serta mengatur kesejahteraan kehidupan duniawi adalah wajib.

Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyiapkan rancangan peraturan presiden tentang penetapan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.

Selanjutnya, setiap tanggal 1 Juni akan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, hingga kini rancangan perpres yang mengatur hal itu tersebut masih difinalisasi. Presiden akan segera menandatangani jika draf perpres selesai.

"Presiden Jokowi tak hanya menginginkan Pancasila dikenang dan diperingati atau hanya dilestarikan, tetapi juga benar-benar menjadi realitas dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia di berbagai aspek kehidupan," kata Pramono.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016