Saya akan minta untuk diduplikasi sebagai percontohan program nasional kami di desa-desa di seluruh Indonesia,"
Banyuwangi (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berharap pengembangan dan penerapan teknologi infomasi di desa-desa di Banyuwangi dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

"Saya akan minta untuk diduplikasi sebagai percontohan program nasional kami di desa-desa di seluruh Indonesia," ujarnya pada peluncuran Kampung Cerdas di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.

Menkominfo meluncurkan Kampung Cerdas di Perkebunan Kalibendo, Kabupaten Banyuwangi.

Pada kesempatan itu Menkominfo mengapresiasi langkah Pemkab Banyuwangi dalam menjadikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai instrumen untuk meningkatkan pelayanan publik, menambah pengetahuan warga, dan menggerakkan perekonomian lokal.

"Biasanya yang concern pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai bentuknya adalah pemerintah tingkat kota. Saya salut dengan Banyuwangi yang berupaya menggerakkan desa-desa di pelosok untuk memanfaatkan instrumen TIK untuk pelayanan publik, pengembangan SDM, sekaligus meningkatkan ekonomi," katanya.

Rudiantara menambahkan pemerintah pusat berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan TIK di daerah-daerah, termasuk Banyuwangi. Karena dengan TIK seperti di Banyuwangi, katanya, warga dimudahkan.

"Ada banyak hal positif yang bisa dilakukan. Kampung Cerdas di Banyuwangi ini saya lihat sudah di atas rata-rata desa di Indonesia. Saya berharap ini dijadikan contoh di Indonesia," katanya.

Kampung Cerdas adalah program pengembangan desa yang digagas oleh Pemkab Banyuwangi dengan mendesain desa mempunyai kerangka program terintegrasi yang memadukan antara penggunaan TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan.

"Program ini kami gagas untuk mendekatkan pelayanan publik hingga ke desa. Program ini trial and error tiga bulan, dan baru sekarang diluncurkan. Tentu ke depan terus disempurnakan. Kalau kota kan smart city mengurus macet, kalau kami di desa bikin Smart Kampung agar warga desa makin berdaya saing," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Ia mengatakan, saat ini 41 desa/kelurahan di Banyuwangi telah siap disebut sebagai Kampung Cerdas.

"Infrastruktur teknologi ini jangan hanya di kota besar. Makanya di pilot project Smart Kampung, kami masukkan juga desa-desa yang jauh, seperti desa yang ada di Purwoharjo, Pesanggaran, Wongsorejo, Glenmore, Siliragung, Muncar, dan beberapa lagi," kata Anas.

Kepala BadanPemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM-PD) Pemkab Banyuwangi Suyanto Waspotondo menambahkan, setelah serat optik di 41 desa tuntas sehingga bisa diluncurkan, survei kesiapan di 176 desa/kelurahan lainnya juga sudah diselesaikan. Tambahan alokasi dana desa (ADD) dari Pemkab Banyuwangi bakal dialokasikan untuk membeli bandwidth di desa.

"Dana itu nanti diatur di APBDesa, baik untuk Perubahan APBDes 2016 maupun APBDes 2017. Target kami, pada 2017, semua desa bersama-sama akan menjadi mart Kampung dengan kelengkapan fasilitas penunjang TIK yang bagus," ujar Yayan, sapaan Suyanto.


Kriteria Kampung Cerdas

Anas mengatakan, terdapat tujuh kriteria Kampung Cerdas, yaitu pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi, pelayanan kesehatan, pengembangan pendidikan dan seni-budaya, peningkatan kapasitas SDM, integrasi pengentasan kemiskinan, dan melek informasi hukum. Semua kriteria tersebut diturunkan ke program yang menyentuh kepentingan publik.

"Pelayanan publik, misalnya, desa di Kampung Cerdas sudah berbasis TIK. Warga yang butuh surat yang perlu tanda tangan camat, tidak perlu ke kecamatan. Cukup di balai desa, karena sudah tersambung dengan kecamatan. Warga hemat waktu, hemat uang karena tak perlu ongkos bensin ke kecamatan yang di beberapa tempat, lokasinya cukup jauh. Sebagai daerah terluas di Jatim, bahkan di Jawa, program ini penting untuk memudahkan warga," ujar Anas.

Untuk pemberdayaan ekonomi, Kampung Cerdas menjadikan balai desa sebagai pusat ekonomi produktif melalui pengembangan berbagai jenis usaha yang difasilitasi pelatihannya oleh pemerintah daerah, seperti batik dan produk olahan pertanian.

"Operator di desa nanti juga yang akan menghubungkan ke situs belanja online banyuwangi-mall.com untuk memfasilitasi pemasaran UMKM desa," ujar dia.

Untuk pelayanan kesehatan, balai desa menjadi jangkar bagi posyandu yang ada sekaligus memudahkan warga miskin dalam memperoleh surat yang akan digunakan untuk pengobatan.

Sedangkan untuk pelayanan pendidikan, desa menjadi pendorong penuntasan wajib belajar 12 tahun. Relawan Banyuwangi Mengajar, yaitu para alumnus baru perguruan tinggi, diarahkan ke desa ini. Desa juga harus mempunyai perpustakaan desa. Demikian pula untuk pengembangan seni-budaya, balai desa menjadi simpul bagi aktivitas seni warga. Sanggar-sanggar seni berlatih bersama.

"Mulai dari seni tari, musik, sampai pencak silat, menyesuaikan dengan potensi dan minat warga setempat," ujar Anas.

Contoh lainnya, untuk peningkatan kapasitas SDM, semua pelatihan warga dipusatkan di balai desa, mulai pelatihan bahasa, tanggap bencana, mengaji, hingga TIK. Adapun untuk integrasi penanganan kemiskinan, program ini memudahkan warga miskin dalam mengurus segala keperluannya yang dijamin pemerintah melalui sistem berbasis TIK.

Anas menambahkan, desa juga diwajibkan menyediakan internet nirkabel gratis bagi warganya di tiap balai desa. Belanja langganan internet tersebut dianggarkan di setiap APBDes.

"Para pelajar bisa memanfaatkan fasilitas desa ini untuk menambah wawasannya," ujar Anas.

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016