semua (peserta SBMPTN) akan mendapatkan perlakuan yang sama
Semarang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menegaskan tidak ada prioritas kepada siswa SMAN 3 Semarang, Jawa Tengah, dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

"Kami dalam hal ini, tidak ada istilah prioritas. Jadi, semua (peserta SBMPTN) akan mendapatkan perlakuan yang sama," katanya saat memantau pelaksanaan SBMPTN di Semarang, Selasa.

Beberapa waktu lalu ratusan siswa program IPA reguler di SMA Negeri 3 Semarang gagal dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 akibat kesalahan sekolah.

Seluruh siswa program IPA reguler SMAN 3 Semarang yang berjumlah 380 orang tidak ada yang lolos SNMPTN 2016, sedangkan program IPA akselerasi ada 14 siswa lolos dan IPS yang lolos 22 siswa.

Meski tidak memberikan prioritas bagi siswa SMA Negeri 3 Semarang dalam SBMPTN, Nasir berjanji akan memantau peserta yang berasal dari salah satu SMA favorit itu di Semarang itu.

"Kami akan memantau. Ada korelasi ndak mereka (siswa SMA Negeri 3 Semarang) yang gagal di SNMPTN sebenarnya. Katakanlah, nilainya baik dan bisa diterima masuk SBMPTN," katanya.

Sebelumnya, mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang itu sudah menyampaikan penyebab kegagalan seluruh siswa program IPA reguler di SMA Negeri 3 Semarang itu karena kesalahan pihak sekolah.

Sekolah diberikan pilihan menggunakan sistem kurikulum, baik sistem kredit semester (SKS) maupun sistem pembelajaran penuh, dan sistem SKS yang terbagi dua kode, yakni kontinyu dan diskontinyu atau "on/off".

Semestinya, kata dia, jika sekolah menentukan kode "on" harus memasukkan nilai mata pelajaran, tetapi SMA Negeri 3 Semarang tidak memasukkannya sehingga berakibat nilai siswa tidak penuh.

Dari Kementerian Ristek Dikti pun sudah memanggil panitia SNMPTN untuk mencari akar permasalahan penyebab kegagalan siswa SMA Negeri 3 Semarang, dan diketahui sistemnya sudah berjalan valid.

"Apabila ada kesalahan yang kami evaluasi panitianya dulu. Namun, kemarin panitianya sudah menjelaskan kepada saya secara rigid dan sistem yang disampaikannya valid. Tidak ada kesalahan di panitia," kata dia.

Nasir mengatakan sistem SKS tetap bisa dijalankan oleh sekolah, tetapi sekolah tetap diberikan pilihan untuk menjalankan pembelajaran dengan sistem SKS atau tidak.

"Itu urusan sekolah, bukan urusan kami. Apakah SMA Negeri 3 Semarang nanti tetap menggunakan SKS atau tidak, itu urusan sekolah dan pemerintah daerah yang punya kewenangan," kata Nasir.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016