Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 10 poin menjadi Rp13.658 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.648 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada Juni 2016 yang saat ini masih tinggi masih menjadi salah satu faktor yang menopang dolar AS terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

"Faktor eksternal mendominasi sentimen pasar uang di dalam negeri terutama kenaikan suku bunga AS," katanya.

Ia menambahkan bahwa proyeksi pelaku pasar uang terhadap indeks manufaktur Tiongkok yang diperkirakan turun menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah, pelaku pasar uang di dalam negeri cenderung mengakumulasi mata uang dolar AS untuk menjaga nilai asetnya.

"Jika data Tiongkok buruk, maka potensi rupiah melemah kembali terbuka," katanya.

Sementara itu, Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa Badan pusat Statistik (BPS) yang sedianya akan merilis data inflasi Mei 2016, diharapkan relatif stabil sehingga tidak menambah tekanan bagi mata uang rupiah.

"Inflasi yang terjaga akan mendukung pemerintah untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Ia menambahkan bahwa upaya pemerintah untuk menahan laju kenaikan harga barang pokok menjelang puasa dan Hari Raya Lebaran tahun ini agar tidak terjadi inflasi tinggi diharapkan sesuai target.

"Inflasi yang stabil akan menjaga fluktuasi rupiah terhadap dolar AS, dengan begitu tidak mengganggu aktivitas pelaku usaha di dalam negeri," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016