Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah data uji terbang yang hilang menjadi penyumbang penting pada kecelakaan AC-130J Hercules Angkatan Udara Amerika Serikat, pada April 2015 lalu. 




Saat itu, AC-130J Hercules itu jatuh dalam posisi terbang terbalik dan hidung pesawat terbang menukik ke Bumi tanpa bisa dikoreksi oleh pilot yang menerbangkan pesawat terbang itu.  




Demikian intisari investigasi Badan Investigasi Kecelakaan Amerika Serikat yang dipublikasikan melalui laman mereka dan pendukung lain, pada awal Juni lalu. Data penerbangan suatu pesawat terbang dapat membantu pilot lebih memahami batasan pengendalian pesawat terbang itu dalam manuver-manuver ketat. 




Tetapi Lockheed Martin yang membuat C-130 Hercules itu menolak memberi data penerbangan dimaksud tanpa ada ikatan kontrak alias hal itu tidak masuk dalam kontrak pengadaan/pembelian pesawat transport berat militer itu. 




Juga Angkatan Udara Amerika Serikat ternyata tidak menganggap kontrak tentang data penerbangan itu penting. 




Hal ini juga menjadi temuan Badan Investigasi Kecelakaan Amerika Serikat itu. 




AC-130J Hercules (versi serang darat, yang bisa dipasangi kanon 105 milimeter di satu pintu sampingnya), diuji terbang oleh pilot Skuadron Uji Penerbangan 413, di Pangkalan Udara Amerika Serikat Eglin, Florida. Pilot-pilot yang menerbangkan menerapkan berbagai manuver untuk mengumpulkan data penerbangan yang belum diperoleh. 




Saat itu, pilot melakukan manuver terbang menyamping, dengan merendahkan salah satu sisi sayap dan menggerakkan kemudi guling (rudder) ke arah berlawanan. Ini manuver yang acap dilakukan pilot dalam pendaratan saat terkena angin samping (cross wind) yang kuat. 




Yang menjadi penyebab utama kecelakaan itu, menurut laporan itu, pilot mendorong rudder terlalu jauh saat manuver terbang menyamping itu terjadi, dan tidak ada tekanan cukup kuat untuk membatasi rudder bergerak lebih lanjut yang bisa membuat tubuh pesawat terbang (fuselage) berguling. 




Inilah yang kemudian dilaporkan bahwa pesawat terbang itu tidak bisa dikendalikan. 




Akan tetapi, laporan itu juga mencatat bahwa terbang menyamping dan memaksa AC-130J Hercules itu hingga batas kemampuannya juga tujuan utama penerbangan uji itu dan pilot-pilotnya telah mendapat ijin untuk melaksanakan tugasnya itu. 




Jika sejak awal ada data penerbangan, maka pilot AC-130J Hercules itu bisa mendapatkan gambaran lebih baik tentang saat-saat kritis pesawat terbang itu bisa lepas kendali. 




Pilot juga seharusnya tidak melanjutkan usahanya mendorong hingga batas kemampuan segera setelah lampu peringata menyala. 




Laman defensenews.com, pada 4 Juni lalu, menyatakan bahwa dalam laporan Badan Investigasi Penerbangan Amerika Serikat itu, informasi dasar yang diberikan Lockheed Martin juga dinilai tidak akurat. 




Alarm berbunyi saat pesawat terbang transport berat itu miring 16 derajad —dari seharusnya 14,5 derajad— dalam manuver terbang menyamping.




Saat pilot sudah tidak bisa lagi mengendalikan AC-130J Hercules itu, dia terbang terbalik dan mulai menukik di atas Teluk Meksiko hingga satu mil laut sebelum pilot dan kopilot bisa menguasai pesawat terbangnya lagi. 




Akhirnya pilot dan kopilot bisa mendaratkan AC-130J Hercules itu dan tidak seorangpun terluka. 




Tetapi struktur AC-130J Hercules itu terlanjur mendapat tekanan lebih dari 3 G yang berujung pada kerusakan menyeluruh pada pesawat terbang transport itu. AC-130J Hercules itu dinyatakan total loss dan kerugian karena dia tidak bisa diterbangkan lagi adalah 115,6 juta dolar Amerika Serikat. 

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016