Gorontalo, Gorontalo (ANTARA News) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Suryono, Senin, mengatakan, temuan uang palsu di daerah itu pada triwulan I 2016 meningkat, dari tujuh lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 10 lembar.

"Peningkatan itu terjadi pada pecahan uang nominal seratus ribu rupiah menjadi delapan lembar dari triwulan sebelumnya lima lembar," ujarnya.

Selain itu, temuan uang palsu pada triwulan I 2016 juga terdapat pada pecahan uang nominal Rp50.000 sebanyak dua lembar.

"Jika dibandingkan pada triwulan I 2015, jumlah temuan uang palsu mengalami penurunan cukup signifikan dari 47 lembar menjadi 10 lembar," ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan peran serta pemerintah dan masyarakat di Provinai Gorontalo untuk melaporkan temuan uang palsu kepada pihak berwenang, menjadi bagian yang penting dalam meminimalisasi beredarnya uang tersebut.

Di sisi lain, sejalan dengan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan I, transaksi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan melalui mekanisme pembayaran tunai juga menurun.

"Hal ini tampak dari aliran uang masuk atau inflow yang lebih besar dari uanh keluar atau outflow, sehingga menunjukkan net inflow," jelasnya.

Transaksi yang masuk tercatat Rp526,81 miliar, meningkat sebesar 115,30 persen dari triwulan sebelumnya yakni Rp261,41 miliar.

Sedangkan untuk transaksi uang keluar terjadi penurunan yang cukup signifikan dari Rp398,59 miliar pada triwulan IV 2015 menjadi Rp170,98 miliar.

Sebelumnya, Suryono mengungkapkan jumlah uang tidak layak edar di daerah itu juga meningkat menjadi Ro169,21 miliar.

"Angka ini lebih tinggi 72,03 persen dibanding triwulan IV 2015 sebesar Rp97,35 miliar, atau 22,10 persen dibandingkan triwulan I 2015 yakni Rp279,54 miliar," katanya. 

Pewarta: Debby Mano
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016