Jakarta (ANTARA News) - Seringkali potensi pasar dalam negeri yang besar dengan penduduk sekitar 243 juta jiwa, meninabobokan gairah para pengusaha nasional ekspansi pasar ke negara lain khususnya di kawasan ASEAN.

Memang di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar. Bahkan dari sekitar 500 juta penduduk di kawasan tersebut, hampir 50 persen berada di Indonesia.

Tidak mengherankan bila sebagian besar pengusaha nasional, terutama usaha menengah, enggan merambah pasar di negara lain, karena "enjoy" di negeri sendiri.

Namun, tidak demikian dengan Siem Dwiatmoko Setiono, produsen selai dan minuman serbuk cokelat. Ia tidak puas hanya bisa bermain di pasar domestik, karena pasar yang tersedia di luar lebih besar.

Apalagi di kawasan ASEAN, selera konsumsi makanan dan minuman mirip dengan Indonesia, sehingga terbuka peluang merambah pasar produk yang ia kembangkan sejak tahun 2000-an itu.

"Cita-cita saya memang tidak ingin hanya menjadi jago kandang, tapi juga bisa go internasional," ujar Pak Dwi, begitu dia disapa, ketika ditemui di sela-sela pameran makanan dan minuman internasional, SIAL (Salon International de l Agroalimentaire) - ASEAN, di Manila, Filipina, awal Juni lalu.

Jadilah Dwi bersama tujuh perusahaan makanan dan minuman nasional ikut dalam pameran yang diikuti oleh banyak perusahaan dari berbagai negara, termasuk Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Eropa dan Amerika.

Dengan difasilitasi Pemerintah cq Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Filipina, delapan perusahaan nasional tersebut mencoba peruntungan masuk pasar negara yang kini masih dipimpin Presiden Benigno S Aquino III itu.


Peluang

Ada satu kunci yang bisa menjadi peluang produk makanan dan minuman Indonesia bisa diterima masyarakat Filipina yang berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa itu. Kunci tersebut adalah kemiripan selera rasa makanan dan minuman antara Filipina dan Indonesia.

Selama tiga hari pameran (31 Mei - 2 Juni) banyak pengunjung yang sebagian besar warga Filipina datang untuk mencicipi sejumlah tester makanan dan minuman di gerai "Remarkable Indonesia".

Mereka nampak menikmati icip-icip biskuit berbalut cokelat, roti dengan bertabur selai cokelat durian dan kacang, hingga minuman dingin berbasis cokelat, di samping minuman berbasis kelapa (nata de coco).

Seorang pengusaha distributor asal Filipina, James Anthony Sy, mengakui produk makanan dan minuman yang ditawarkan Indonesia memiliki peluang disukai masyarakat yang dikenal paling kuat pengaruh budaya Baratnya di Asia itu.

"Masyarakat Filipina juga suka produk cokelat, meski kurang suka durian," ucap James yang sedang menjajaki kemungkinan menjadi mitra distribusi produk selai cokelat Dyna, milik Pak Dwi.

Makanan dan minuman Indonesia nampak cukup menjadi magnet bagi pengunjung SIAL-ASEAN yang sebagian besar berasal dari Filipina, di samping negara lainnya.

Namun, tidak semua peserta Indonesia menjajakan produk makanan dan minuman. Dua di antaranya, mencoba masuk pasar minyak goreng dan margarin.

Untuk minyak goreng, dua merek nasional sudah lebih dulu masuk Filipina, yaitu Bimoli dan Mitra. Kedua merek tersebut dapat dengan mudah ditemui di jajaran produk minyak goreng di pasar swalayan besar di Manila, seperti SM.

"Ada 16 produk Indonesia yang sudah masuk ke pasar Filipina, dan cukup digemari masyarakat di sini," kata Atase Perdagangan RI di Filipina, Irawan ketika menemani Antara meninjau langsung salah satu pasar swalayan (supermarket) terbesar di ibu kota tersebut.

Benar saja, berbagai produk yang sudah punya nama di Indonesia itu, bersanding di rak-rak besi dengan merek lokal maupun internasional.

Ke-16 produk tersebut adalah kopi instan Kopiko, minuman kopi dalam kemasan Kopiko 78, permen Kopiko dan Fres, minuman bernutrisi Energen, Extra Joss, You C-100, Diabetasol, dan Diabetamil Cookies.

Selain itu, ada mi instan Indomie, minyak goreng Mitra dan Bimoli, santan Kara, biskuit Oreo dan Tiger, serta minuman teh dalam kemasan Fruit Tea.


Genjot

Dubes RI untuk Filipina Johny J Lumintang mengatakan makanan dan minuman merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bisa digenjot masuk negeri yang akan dipimpin Presiden Rodrigo Duterte itu.

"Dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,9 persen, kebutuhan makanan dan minuman mereka sangat tinggi," ujarnya.

Atase Perdagangan KBRI di Manila menginventarisasi ada sekitar 20 produk termasuk lima produk utama seperti beras, garam, minyak goreng, kopi, dan gula, yang banyak dikonsumsi masyarakat Filipina.

Berdasarkan riset konsumsi makanan oleh Food and Nutrition Reseach Insitute Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (DOST) Filipina, 15 produk lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat negeri itu adalah roti, bawang putih, telur ayam, kecap, daging babi, cuka, mi instan, biskuit, tomat, terong, susu bubuk, dan pisang.

Data tersebut nampaknya sesuai dengan komoditas Indonesia yang telah masuk ke pasar Filipina selama ini. Bahkan menurut Atase Perdagangan (Atdag) Irawan, produk minuman kopi instan dalam kemasan Indonesia ada yang sempat dikampanyehitamkan pesaing, karena mampu meraih pasar sekitar 30 persen di negara itu.

"Minuman kopi instan Kopiko 78, sempat mendapat black campaign dari pesaing merek lokal maupun internasional saking digemarinya di sini," ungkap Irawan.

Setelah bertugas selama empat bulan di Manila, ia melihat peluang pasar produk makanan dan minuman Indonesia di negara sangat besar.

Berdasarkan data Otoritas Statistik Filipina (FSA) yang diolah KBRI, pada 2014 pangsa pasar makanan dan minuman Indonesia mencapai 6,08 dibanding total impor produk makanan dan minuman Filipina yang mencapai 6,01 miliar dolar AS.

Raihan pangsa pasar tersebut naik menjadi 8,13 persen pada 2015 dari total impor sebesar 5,56 miliar dolar AS.

Pada 2015 total neraca perdagangan RI-Filipina mencapai sekitar 3,5 miliar dolar AS, dengan surplus di pihak Indonesia sebesar 2,3 miliar dolar AS.

"Filipina merupakan negara penyumbang surplus perdagangan ketiga terbesar bagi Indonesia," kata Dubes Johny J Lumintang yang bertekad akan menggenjot ekspor produk Indonesia, khususnya makanan dan minuman di negara tempat ia bertugas dalam dua tahun terakhir ini.

Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016