Taipei (ANTARA News) - Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), Senin (6/6), melaporkan kasus impor ketiga infeksi Zika yang dibawa nyamuk di Taiwan tahun ini.

Saat ini, kasus itu melibatkan warga negara Indonesia yang datang ke Taiwan untuk bekerja pada 1 Juni, demikian laporan Kantor Berita Taiwan CNA, Selasa.

Pria berusia 22 tahun dari Kota Mojokerto, Jawa Timur, tidak merasa nyaman di pesawat yang membawanya ke Taiwan dan tiba di Bandar Udara Internasional Kaohsiung karena demam dan mata memerah, kata CDC.

Dia diuji atas demam berdarah, namun hasilnya negatif, demikian pernyataan CDC.

Dia kemudian dikonfirmasi terinfeksi virus Zika, Minggu (5/6), menurut badan tersebut.

Pasien itu pulih dan hendak berangkat kerja di kapal pencari ikan yang meninggalkan Kaohsiung, Selasa, demikian CDC.

CDC telah melaporkan kasus itu ke Kementerian Luar Negeri, pemerintah Indonesia, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

CDC juga terus memperbarui peringatan kehati-hatian dalam melakukan perajalanan (travel advisory) ke Indonesia berdasarkan sistem tiga tahap (pengawasan, kewaspadaan, dan peringatan) sesuai urutan tingkat keparahan,

Dua kasus Zika yang pertama diimpor oleh warga negara Thailand dari Udon Thani di wilayah utara Thailand.

Menurut CDC, pada orang dewasa hanya menunjukkan gejala ringan setelah terifeksi virus Zika, namun perempuan hamil yang terinfeksi bisa melahirkan bayi dengan mikrosefalus -- satu kondisi pada saat seorang anak lahir dengan kepala lebih kecil daripada umumnya bayi dan perkembangan otak terganggu.

Hal itu menyarankan perempuan hamil dan perempuan yang berencana untuk hamil agar menghindari bepergian ke daerah epidemi Zika dan mendesak masyarakat memperhatikan kondisi medis segera jika merasakan gejala yang mencurigakan dalam waktu dua pekan setelah meninggalkan daerah epidemi Zika.

Gejala-gejala virus Zika, termasuk demam, sakit kepala ringan, ruam kulit, nyeri sendi, dan konjungtivitis.

CDC meminta para perempuan yang kembali dari wilayah epidemik Zika untuk menunda kehamilan selama dua bulan, apakah mereka terpapar beberapa gejala mencurigakan atau tidak.

Bagi kaum pria yang baru pulang dari wilayah epidemik Zika tanpa gejala-gejala mencurigakan, mereka harus menghindari persetubuhan atau menggunakan kondom selama dua bulan.

Sedangkan pria yang terpapar gejala mencurigakan harus menghindari hubungan seksual atau berhubungan dengan menggunakan kondom sedikitnya enam bulan, demikian pernyataan CDC.

Pada hari Senin juga, Departemen Kesehatan Kaohsiung menyatakan bahwa sepasang suami-istri yang dilaporkan dicurigai kasus Zika bulan lalu telah dikesampingkan setelah dua kali tes darah.

Namun, pasangan yang telah melakukan perjalanan ke Fiji dan Kepulauan Solomon pada 23 April-16 Mei 2016 itu dikonfirmasi terinfeksi virus Chikungunya, demikian pernyataan departemen tersebut, demikian CNA melaporkan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016