New York (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street bergabung dengan aksi jual ekuitas global pada Senin (Selasa pagi WIB), karena kekhawatiran tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa dibayangi akuisisi senilai 26,2 miliar dolar AS terhadap LinkedIn oleh Microsoft.

Ekuitas-ekuitas di Wall Street jatuh untuk sesi ketiga berturut-turut, karena jajak pendapat di Inggris menunjukkan meningkatnya dukungan bagi Brexit menjelang referendum 23 Juni.

Saham LinkedIn melonjak 46,6 persen karena berita akan diakuisisi dalam kesepakatan semuanya tunai yang akan meningkatkan kehadiran Microsoft di media sosial. Sementara saham Microsoft kehilangan 2,6 persen.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 132,86 poin (0,74 persen) menjadi berakhir di 17.732,48. Indeks berbasis luas S&P 500 turun 17,01 poin (0,81 persen) menjadi ditutup pada 2.079,06, sementara indeks komposit Nasdaq berkurang 46,11 poin (0,94 persen) menjadi 4.848,44.

Apple turun 1,5 persen setelah membuka konferensi pengembang tahunannya di San Francisco dengan mengumumkan bahwa pihaknya berencana untuk memperluas peran program intelijenis buatan Siri dan mengaktifkan program untuk berhubungan dengan sistem-sistem non-Apple.

Saham-saham teknologi lainnya bervariasi dengan Facebook kehilangan 2,3 persen dan biotek Celgene jatuh 1,3 persen. Tetapi Twitter, yang kadang-kadang disebutkan sebagai target akuisisi potensial, naik 3,8 persen.

Symantec naik 5,3 persen setelah mengumumkan akan mengakuisisi kepemilikan prinadi Blue Coat, yang mengkhususkan diri dalam keamanan awan komputasi, senilai 4,65 miliar dolar AS.

Sebagian besar saham-saham berorientasi perjalanan jatuh, dengan American Airlines, Delta Air Lines dan United Continental semua kehilangan sedikitnya 3,5 persen.

Expedia turun 2,3 persen dan Marriott International merosot 0,8 persen. Saham-saham berorientasi perjalanan sering menderita setelah serangan-serangan seperti penembakan mematikan di sebuah kelab dansa gay di Orlando, Florida pada Minggu.

Tetapi produsen senjata api Smith & Wesson melonjak 6,9 persen setelah pembunuhan di Orlando. Produsen senjata api biasanya meningkat setelah terjadi penembakan massal, karena ekspektasi pembelian senjata api lebih banyak ketika para politisi menyerukan undang-undang pengendalian senjata, demikian laporan AFP.

(T.A026) 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016