Jenewa/Chicago (ANTARA News) - Penyebaran lebih jauh virus Zika akibat Olimpiade yang akan digelar di Brasil, pusat wabah penyakit yang terkait dengan cacat lahir ini, "sangat rendah" menurut pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (14/6).

Komite Darurat WHO untuk Zika menegaskan kembali saran sebelumnya bahwa seharusnya "tidak ada pembatasan umum untuk bepergian dan berdagang dengan negara-negara, kawasan dan atau wilayah" dengan penularan Zika termasuk kota-kota di Brasil yang menjadi tuan rumah Olimpiade mulai 5 Agustus, serta Paralimpik pada September.

Pertemuan ketiga para pakar independen, yang berkumpul setiap tiga bulan untuk memantau wabah Zika, dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait penyelenggaraan Olimpiade di Brasil, negara yang paling parah terdampak penyebaran virus tersebut.

"Risikonya tidak berbeda bagi orang-orang yang pergi ke Olimpiade maupun mereka yang mengunjungi kawasan lain yang terpapar wabah Zika," kata David Heymann, ketua panel ahli WHO, kepada wartawan di markas WHO di Jenewa setelah pertemuan tersebut.

Otoritas Brasil memastikan lebih dari 1.400 kasus mikrosefali pada bayi yang ibunya terpapar Zika selama kehamilan.

Mikrosefali merupakan cacat lahir dengan ukuran kepala lebih kecil dan bisa menyebabkan masalah perkembangan serius pada bayi. Virus tersebut juga dikaitkan dengan Guillain-Barre, cacat saraf pada orang dewasa.

Ketua Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan kesimpulan WHO tersebut "sangat positif" bagi Olimpiade Rio.

Pertemuan terakhir itu dipicu oleh sebuah surat yang ditulis oleh Amir Attaran, profesor hukum dan kedokteran Universitas Ottawa, dan ditandatangani oleh lebih dari 200 pakar bioetika, pengacara dan pakar kesehatan yang mendesak WHO memindahkan atau menunda Olimpiade Rio karena berisiko memperluas penyebaran Zika.

Attaran diundang untuk ikut dalam pertemuan Komite Darurat WHO, namun ia menolak menandatangani perjanjian kerahasiaan yang disyaratkan WHO sehingga tidak diizinkan untuk ambil bagian.

Dalam surat elektronik kepada Reuters, Attaran menyebut perjanjian itu sebagai "klausa lelucon" yang menghalangi ilmuwan yang tidak sepakat dengan komite untuk mengekspresikan pandangan mereka.

Juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan klausa tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan "diskusi yang terbuka dan tidak bias", dan menambahkan bahwa isi pertemuan dipublikasikan melalui laporan komite.

Lindmeier mengatakan surat Attaran tersebut merupakan bagian dari bahan latar belakang yang dipertimbangkan Komite Darurat dalam musyawarahnya.

Dalam dokumen yang disebarkan Attaran dan koleganya pada Selasa, kelompok tersebut mendesak WHO untuk merekomendasikan kepada semua orang, menunda perjalanan yang tidak penting ke kawasan terinfeksi Zika, termasuk kota-kota di Brasil yang menjadi tuan rumah Olimpiade.

"Tidak ada alasan untuk mengurangi perjalanan ke kawasan-kawasan tersebut," kata Heymann, dan menambahkan, "Risiko penyebaran secara internasional bukanlah kekhawatiran yang nyata."

Direktur Kedaruratan WHO Dr Bruce Aylward mengatakan 20 persen penduduk dunia tinggal di kawasan terinfeksi Zika dan hampir 30 persen perjalanan internasional keluar masuk kawasan-kawasan seperti itu.

"Proporsi perjalanan itu yang akan terpengaruh oleh Olimpiade sangat, sangat, sangat kecil."

Para pakar menegaskan bahwa Brasil memasuki musim dingin, ketika penularan penyakit oleh nyamuk lebih rendah.

Mereka mengingatkan pelancong untuk memperhatikan risiko dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk ataupun penularan secara seksual.

Lawrence Gostin, pakar hukum kesehatan internasional pada Universitas Georgetown, menyambut saran tersebut sebagai "sangat tepat".

"Risiko menggelar Olimpiade lebih rendah dibandingkan risiko membatalkan atau menundanya karena kekacauan ekonomi dan politik yang diakibatkannya di Brasil," katanya.

"(Tetapi) saya khawatir bahwa WHO dan Komite Olimpiade Internasional meletakkan semua beban untuk pengendalian vektor nyamuk pada Brasil."

Panel WHO mengatakan bahwa Brasil harus "melanjutkan kerjanya" untuk mengintensifkan langkah pengendalian nyamuk, terutama di sekitar lokasi penyelenggaraan Olimpiade, dan "memastikan ketersediaan obat pengusir nyamuk dan kondom yang cukup bagi para atlet dan pengunjung."

WHO menyarankan agar perempuan hamil menghindari perjalanan ke kawasan terkena wabah Zika dan bahwa para pria yang terinfeksi atau terpapar virus melakukan hubungan seks aman, atau tidak melakukannya selama enam bulan.

Dr Derek Gatherer, dosen pada Divisi Biomedis dan Ilmu Hayat Universitas Lancaster sepakat bahwa Zika merupakan darurat internasional karena penyakit tersebut "disebarkan oleh serangga, agen mirip rubella" tanpa ada vaksin ataupun pengobatan.

"Namun kita harus meletakkannya ke dalam perspektif. Tidak cukup besar risiko tambahan untuk membenarkan pembatalan Olimpiade," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Ia mengatakan keprihatinan yang terungkap dalam surat awal dan dalam dokumen kedua yang dikeluarkan, Selasa, menegaskan risiko tersebut, karena mereka berasumsi bahwa virus yang tersebar di Brasil jauh berbeda dengan tipe virus sebelumnya di Afrika dan oleh karenanya jauh lebih berbahaya.

"Kita tidak memiliki bukti sama sekali bahwa Zika telah berevolusi," kata Gatherer dalam surat elektroniknya.

Ia mengatakan kemunculan dramatis kasus mikrosefali di Amerika Selatan "kemungkinan karena benua itu tidak pernah melihat virus itu sebelumnya, tidak ada kekebalan, dan wanita usia produktif terinfeksi di sana." (Uu.S022)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016