Jakarta (ANTARA News) - Panas di lapangan sepak bola tumpah ke dunia politik ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh para pendukung negara lain telah jelas-jelas bertindak provokatif pada Euro 2016, seperti menginjak-injak bendera kebangsaan Rusia. Namun hal itu secara diskriminatif diabaikan pihak berwenang Prancis.

Rabu malam waktu setempat, polisi Prancis membubarkan gerombolan pendukung Inggris di Lille di mana Inggris akan menghadapi Wales malam ini.

Polisi diturunkan secara besar-besaran menjelang pertandingan Inggris versus Wales, dan Rusia melawan Slowakia yang dimenangkan Slowakia 2-1 di Lens.

Empat pendukung Rusia ditangkap di Lille dan akan dideportasi.

Tindakan ini membuat berang Rusia sehingga di Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil Duta Besar Prancis untuk Rusia Jean-Maurice Ripert Rabu waktu setempat.

Kepada dubes Prancis itu, Rusia mengeluhkan diskriminasi terhadap warga negara Rusia, dan menyatakan sentimen anti-Rusia yang kentara itu bisa merusak hubungan Rusia-Prancis.

Dubes Prancis menjawab bahwa penangkapan itu sama sekali sudah sesuai hukum dan transparan kepada pihak berwenang Rusia.

"Para penggemar dari sejumlah negara ambil bagian dari kekerasan yang tak bisa diterima di Marseille," kata Ripert seperti dikutip abc.net.au. "Pemerintah Prancis tetap bertekad, bersama dengan UEFA, untuk menghentikan para pembuat onar merusak perhelatan Euro ini."

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault lalu menambahkan, "Apa pun kebangsaan mereka, entah Rusia, Prancis, Inggris atau Jerman, para tamu datang ke Prancis untuk merayakan sepak bola. Itu berlaku pula untuk warga Rusia dan Inggris dan sistem hukum Prancis tidak membeda-bedakan siapa pun."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016