Jakarta (ANTARA News) - Blanja.com yang didirikan Telkom dan eBay pada Desember 014. CEO Blanja.com Aulia E. Marianto mengemukakan yang paling penting bagi mereka adalah model bisnis karena hal itu yang menentukan suatu e-commerce menang di depan.Berikut petikan wawancaranya :

T: Bagaimana model bisnis Blanja.com?
J: Model bisnis Blanja.com adalah model bisnis yang kita sebut dengan B to B to C marketing. Kami membuat sebuah ekosistem yang mempertemukan penjual dan pembeli.

Setelah mereka bertemu, kami menyediakan fasilitas pembayaran yang bisa digunakan oleh buyer dan logistik untuk mengantarkan barang.

Pertemuan itu harus disajikan dalam konteks kebutuhan seller dan kebutuhan buyer terpenuhi, itu yang ada di dalam fitur-fitur yang lengkap. Fitur itu tidak semata-mata hanya persoalan register, log in, dan lain-lain, dari waktu ke waktu fiturnya berkembang.

T: Siapa saja seller Blanja.com?
J: Seller kami mulai dari individu sampai kepada perusahaan. Boleh principal, boleh manufaktur, boleh distributor. Perosoalan UKM tidak UKM adalah ukuran. 

Di tempat kami, kami punya prinsipal, manufaktur ada, distributor ada, tetapi kita tahu bahwa mereka-mereka ini masih tidak terlalu masuk ke e-commerce, jadi memang komposisi kami terbesar ada di UKM, walaupun produknya produk branded tapi dia sendiri adalah UKM.

UKM yang lain lagi bentuknya adalah mereka bukan trading, tapi mereka punya barang, mereka produksi dan mereka jual. Inilah yang di Indonesia menjadi PR kita bersama. Blanja.com dalam konteks ini memiliki seller itu.

T: Siapa saja buyer Blanja.com?
J: Pembeli kami adalah mereka-mereka yang membutuhkan apa pun produknya. Jadi Blanja.com tujuannya adalah menyajikan semua jenis barang. Kategori kami tidak spesifik, tapi kategori kami meliputi fashion, gadget, elektronik, apa yang Anda lihat harusnya bisa dibeli di Blanja.com.

Blanja.com bukan membeli dan menjual barang. Jadi, kami bukan reseller dari orang lain. Ini yang perlu ditekankan, karena teman-teman kami ada yang memang setengah bisnisnya, bahkan hampir majority, membeli dan menjual. Sehingga kami sebut Blanja.com tidak punya inventori. 

Bahwa kelak Blanja.com mau punya gudang bisa saja, tetapi Blanja.com tidak punya inventori artinya Blanja.com tidak punya produk yang dia miliki apakah karena beli apakah karena produksi. Ini akan menentukan kesuksesan ke depan, mengingat Indonesia masih baru industrinya.

T: Bagaimana perkembangan Blanja.com sejak didirikan?
J: Blanja.com dalam kurun waktu satu setengah tahun sudah mampu berkembang dari tim hanya 14 orang di awal tahun 2015 sekarang sudah lebih dari 120 orang, dan tahun ini ekspansi bisa sampai 150 orang.

Kami juga sedang membenahi kantor baru karena orang kami juga bertambah. Ini menunjukkan bisnis kami berkembang. Buyer, seller dan partner juga memberikan statement-statement yang positif kepada Blanja.com.

Satu tahun pertama karena kami diluncurkan oleh Telkomsel dan itu sister company kami, strategi kami supaya lebih cepat dikenal adalah mengambil ekosistem Telko, tapi kami tidak mau begitu. Kami tidak mau dikenal online untuk gadget saja.

Total 6.000 hingga 7.000, umumnya 80 persen seller adalah UKM dari konteks size seller kecil. Tapi, kami juga punya seller-seller yang punya brand, misalnya Electronic City, Mothercare, Nutrifood, Disc Tara. Mereka yang e-commerce-nya mengambil pola atau model bisnis membeli dan menjual, bergabung di marketplace kami, seperti Berrybenka dan Bilna.

T: Kelebihan bagi seller?
J: Kalau benar-benar cermat, seller akan mendapati cost yang mereka keluarkan untuk berdagang dan bertransaksi di Blanja.com jauh lebih kecil dibandingkan yang lain karena kami memotongnya dalam konteks cost yang harus dibayar hanya satu yaitu kalau Anda bertransaksi saja.

Hanya kalau ada transaksi maka timbul cost, kalau tidak ada transaksi tidak ada cost. Cost apa yang biasanya muncul kalau tidak ada transaksi adalah deposit, ada yang memunculkannya, iuran, buat kami ini dihilangkan, tinggal cost yang terjadi kalau ada transaksi.

T: Bagaimana cara Blanja.com memotongnya kalau ada transaksi?
J: Cost ini bukan untuk isi kantong Blanja.com, bukan untuk isi revenue Blanja.com, cost ini untuk membayar pihak ketiga. Ini untuk membayar pihak ketiga akibat adanya model pembayaran yang berbeda-beda, contoh kartu kredit, internet banking, atm transfer, t-cash, dan lain-lain. Jadi, kalau ada transaksi maka timbul cost.

Lebih lanjut, pemotongan yang kami lakukan adalah berdasarkan transaksi basket. Kalau transaksinya di bawah Rp 100.000 maka kami potong 10 persen, kalau transaksinya antara Rp 100.000 - Rp 300.00 kami potong 5 persen, dan seterusnya. Jadi ini akan mendorong seller untuk mempromosikan produknya.

Kami memiliki mekanisme OTP (on time password) yang menggabungkan antara mobile dan email karena ini berurusan dengan uang. Kami juga punya mekanisme seller kami verify, enggak langsung buka dan di-display, karena kami sangat concern security, trust dan safety. Safety dalam konteks safety-nya buyer dan seller.

T: Bagaimana dengan angka penjualan?
J: Angka penjualan kami tahun lalu sekitar 35 juta dolar AS, tahun ini berlipat tiga sekitar 100 juta dolar AS, bukan itu fokus kami karena ini masih baru sekali. Bahwa kami mencapai angka itu merupakan bukti dari apa yang telah kami lakuan satu setengah tahun berhasil, tapi bukan angka itu yang ingin kami capai.(*)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016