Langkah Indonesia harus mengajak China duduk berunding yang dilakukan sesegera mungkin dengan prinsip menggunakan hukum laut internasional atau Unclos,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR, Hanafi Rais meminta pemerintah Indonesia berunding dengan pemerintah China terkait memanasnya konflik di Laut China Selatan.

"Langkah Indonesia harus mengajak China duduk berunding yang dilakukan sesegera mungkin dengan prinsip menggunakan hukum laut internasional atau Unclos," katanya di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa.

Langkah itu harus ditempuh, menurut dia, karena pemerintah China secara terbuka mengatakan bahwa mereka memiliki masalah batas maritim dengan Indonesia.

Dia juga meminta pemerintah Indonesia satu suara terkait permasalahan tersebut sehingga diperoleh penyelesaian yang konkret dan tidak terkesan main-main.

"Kami sudah meminta pemerintah Indonesia satu suara menghadapi China atau siapapun yang melanggar kedaulatan Indonesia," katanya.

Politikus PAN itu mengatakan narasi tunggal harus dibangun sehingga jangan sampai Menlu menginginkan berunding namun Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan menginginkan kajian terlebih dahulu.

Menurut dia kalau itu terjadi maka jangankan melawan China, menyikapi kolega di kabinet tidak bisa satu suara.

Sebelumnya, Menlu RI Retno Marsudi menjelaskan kronologi kejadian bahwa pada Jumat (17/6), pukul 04.24 WIB, kapal TNI AL memergoki 10-12 kapal ikan asing di perairan Natuna yang merupakan ZEE Indonesia, dan beberapa kapal terlihat sedang melempar jaring sehingga diduga melakukan penangkapan ikan ilegal.

Melihat kapal TNI AL, kapal-kapal asing tersebut mencoba melarikan diri sehingga TNI AL melakukan pengejaran secara terpisah sembari meminta agar mereka berhenti dan mematikan kapal, baik melalui panggilan radio maupun pengeras suara.

Namun, permintaan tersebut diabaikan sehingga TNI Al memberikan tembakan peringatan yang diarahkan ke udara dan laut, lagi-lagi peringatan tersebut diabaikan dan mereka mencoba melarikan diri.

Pada akhirnya, TNI AL berhasil menangkap satu kapal asing yang di dalamnya terdapat tujuh ABK, terdiri atas enam laki-laki dan satu perempuan.

Menlu menegaskan bahwa ketujuh ABK tersebut dalam keadaan baik dan tanpa luka apapun saat ditangkap dan dibawa ke Sabang Mawang, Natuna, untuk investigasi lebih lanjut dan diketahui bahwa kapal dan ABK tersebut berasal dari Tiongkok.

Akibat penangkapan kapal dan ABK Tiongkok tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengeluarkan protes secara lisan yang dimuat dalam media-media Tiongkok maupun internasional.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016