Kalau pesawat masih di landasan satu menit lebih lama maka kapasitasnya akan turun per jamnya, tapi kalau waktunya kecil kapasitasnya akan naik. Semakin cepat pesawat keluar landasan semakin cepat pesawat lain bisa pakai."
Jakarta (ANTARA News) - ntara) - Direktur Utama Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPD) atau AirNav Indonesia Bambang Tjahjono mengatakan sejumlah pemandu lalu lintas udara ("air traffic controler") mengalami perubahan kultur kerja setelah menjalani pelatihan pembangunan kapasitas di Inggris.

"Yang paling utama yang berubah dari mereka adalah perubahan budayanya. Dengan perubahan budaya kerja itu, mereka bisa mengontrol lalu lintas udara lebih efisien dan itu yang kita harapkan," katanya di sela-sela menerima kunjungan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik di Pusat Pelayanan Lalu Lintas Udara Jakarta ("Jakarta Air Traffic Service Center"/JATSC) di Jalan Raya Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu.

Pelatihan itu diberikan oleh penyedia jasa konsultasi layanan transportasi udara asal Inggris National Air Traffic Services (NATS) kepada 24 pemandu lalu lintas udara Jakarta.

"Perubahan budaya itu maksudnya kemampuan yang mempersatukan bukan senioritas," ujarnya.

Bambang mengatakan pihak NATS mengakui kualitas pemandu lalu lintas udara Indonesia yang tidak kalah saing dengan luar negeri.

"Jadi, kultur bekerja itu dilihat dari kemampuan bukan senioritas. Jadi, walaupun masih muda tapi punya kemampuan, dia punya kemampuan lebih, dia harus bisa diberi tanggung jawab lebih besar lagi, itu yang dilatih oleh NATS," tuturnya.

National Air Traffic Services (NATS) dengan AirNav Indonesia dan AP II bekerja sama yang dimulai pada saat penandatanganan kontrak pada 3 Juni 2015 itu untuk membantu meningkatkan kapasitas Bandara Internasional Soekarno-Hatta dari 72 menjadi 86 penerbangan per jam tanpa membutuhkan penambahan landasan terbang ("runway").

Kerjasama itu mendorong peningkatan kapasitas penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dengan fokus pada upaya peningkatan prosedur pelayanan, pembangunan infrastruktur, peralatan dan fasilitas serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Kontrak kerja sama itu memuat delapan paket yaitu tujuh pekerjaan inti dan satu pekerjaan tambahan yang diselesaikan dalam waktu sebelas bulan.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menjelaskan salah satu nilai penting dalam kultur kerja adalah kerja sama antara para pemandu lalu lintas udara dan semua pemangku kepentingan atau seluruh pihak di bandara termasuk pilot dan orang-orang yang mengelola bandara, infrastruktur, dan terminal-terminal di wilayah itu dalam mengatur lalu lintas udara.

"Jadi, kolega dari Inggris menjelaskan sebenarnya waktu controlers (pemandu lalu lintas udara) dan semua pihak lain duduk bersama bisa mengatasi semua hambatan untuk memperlancar semua proses tidak hanya tentang landasan mengudara atau mendarat tapi juga semua movements (pergerakan pesawat) ke terminal dan keluar terminal juga termasuk kecepatan pilotnya," ujar Moazzam yang fasih berbahasa Indonesia.

Untuk mempercepat pergerakan pesawat di bandara, Kepala Konsultasi ("Head of Consultancy") NATS Steve Hathway mengatakan pihaknya dan semua unsur bandar udara bekerja bersama termasuk PT Angkasa Pura II dan Airnav Indonesia untuk memastikan bahwa pemandu lalu lintas udara dapat memandu secara efisien dari pusat pelayanan hingga bagian yang ada di lapangan.

"Jadi, pekerjaan kami di sini bersama dengan AirNav secara khusus berfokus pada peningkatan kemampuan untuk seluruh unsur bandara," tuturnya.

Dia mengatakan kesepakatan dengan AirNav Indonesia dan Angkasa Pura II merupakan pertama kalinya dalam menyatukan institusi operator bandara dan pelayanan lalu lintas udara bersama-sama untuk meningkatkan kapasitas bandara.

Direktur Operasi dan Teknik (Director of Operations and Engineering) PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo mengatakan koordinasi dari semua pihak menjadi kunci utama meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat sehingga pesawat tidak membutuhkan waktu yang lama dalam saat jalan di darat dari ke landasan terbang ("taxi time").

"Kalau pesawat masih di landasan satu menit lebih lama maka kapasitasnya akan turun per jamnya, tapi kalau waktunya kecil kapasitasnya akan naik. Semakin cepat pesawat keluar landasan semakin cepat pesawat lain bisa pakai," katanya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016