Cerita-cerita para pendamping diplomat RI terangkum dalam buku "Di Balik Gerbang, Inspirasi dari Kisah 7 Pendamping Diplomat".

Andis E. Faizasyah, Angela Widowati Nugroho, Lona Hutapea Tanasale, Myra Junor, Syifa Fahmi, Tyas Santoso, dan Utami A. Witjaksono menuangkan pengalaman mereka dalam buku setebal 234 halaman terbitan B First Bentang Pustaka.

Utami Witjaksono menceritakan hiruk pikuk di balik layar penyelenggaraan Sidang Umum PBB setiap September, yang membuat seluruh staf Perwakilan Tetap RI (PTRI) di New York "hectic".

Utami yang mengalami empat kali Sidang Umum PBB di New York selama penugasan suaminya, tidak hanya turut serta menyiapkan masakan khas Nusantara untuk para anggota delegasi, tetapi juga mengerjakan "tugas khusus" bagi tamu VVIP.

Dalam cerita "36 Jam yang Mengesankan Saat Sidang Umum PBB" itu, Utami menggambarkan kesibukannya menjamu tamu, pengabdiannya untuk menjalankan tugas sebagai anggota Dharma Wanita Persatuan PTRI New York, dan sebagai seorang ibu.

Termasuk saat Utami harus pontang-panting mencari "sesuatu" yang istimewa bagi seorang VVIP (halaman 5), ceritanya seperti mengingatkan pada pemberitaan tentang beberapa anggota DPR yang meminta "fasilitas" kepada KBRI suatu negara selama mereka berkunjung ke sana, yang sempat heboh karena terlampir pula surat yang bertanda tangan mereka kepada para perwakilan RI.

Apakah hal itu sudah menjadi rahasia umum di lingkar dalam para staf perwakilan RI di luar negeri? Atau, sebenarnya publik Indonesia sudah mafhum dengan sikap para VVIP tersebut, hanya saja perlu suatu bukti? Cerita Utami tampaknya bisa memberikan gambaran yang cukup jelas untuk menjawab hal itu.

Belasan cerita bertema kegiatan para istri diplomat itu seperti terhubung oleh satu benang merah bernama "blessing in disguise", selalu ada suka dalam duka yang hadir silih berganti selama tinggal di luar negeri sebagai istri diplomat.

Salah satunya, dialami oleh Lona Hutapea Tanasale yang harus melepaskan kariernya sebagai karyawan di perusahaan swasta demi mengikuti tugas suami yang dikirim ke luar negeri karena mempertimbangkan tumbuh kembang anak-anak mereka.

Lona bercerita bahwa dirinya bersyukur anak-anaknya menjadi pribadi yang mudah beradaptasi, di samping penguasaan bahasa asing yang mereka peroleh selama ayahnya bertugas di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Osaka dan KBRI Paris.

Terbagi menjadi empat subbab cerita, ketujuh pendamping diplomat itu tidak hanya menuliskan kegiatan resmi mereka, tetapi juga cerita unik selama tinggal di luar negeri, kekhasan negara setempat, dan wisata di negara sahabat.

Dari satu bagian ke bagian lainnya, buku "Di Balik Gerbang" seperti ingin mengurutkan tema yang serius ke topik yang lebih ringan meskipun sebenarnya tidak ada yang terlalu serius dalam cerita-cerita mereka.

Alih-alih menggambarkan sesuatu yang mendetail, cerita ketujuh istri diplomat tersebut lebih seperti selayang pandang pada kehidupan mereka yang ada suka dan dukanya.

Pertanyaan besar dalam peran mereka sebagai pendamping diplomat terasa kurang dalam dan masih menggambarkan peran "figuran" serta belum lepas dari "hura-hura".

Harapan akan cerita yang lebih detail muncul saat membaca cerita Tyas Santoso yang mengikuti tugas suaminya di KBRI Damaskus, Suriah, pada tahun 2011, saat konflik mulai berkecamuk antara pendukung Bashar al-Assad dan kelompok oposisi Suriah yang berkepanjangan hingga kini.

Cerita Tyas "tanggung" karena ketegangan yang ada di sana tidak digali lebih dalam, misalnya saat dia mendengar suara baku tembak di suatu malam (halaman 135), seperti apa mencekamnya, apakah listrik padam? Bagaimana anak-anak mereka? Tentu saja, bagaimana pada akhirnya Tyas memutuskan kembali ke Indonesia bersama anak-anaknya, sementara suaminya tetap tinggal di Damaskus?

Bagaimanapun cerita yang disampaikan ketujuh istri diplomat RI itu telah membawa lampu sorot ke belakang panggung, ke balik gerbang, bahwa ada peran yang mungkin tidak mencolok, tetapi krusial dalam pelaksanaan tugas diplomatik Indonesia di luar negeri, dan tugas tersebut juga di pundak para pendamping mereka.

Oleh Azizah Fitriyanti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016