Jakarta (ANTARA News) - Sekolah perlu memberikan pelajaran pendidikan seni tari kepada anak sejak usia dini mulai TK, SD hingga SMU, agar mereka memiliki kemampuan SDM yang berkualitas, kata dosen luar biasa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Melina Surya Dewi, SPd, Msi. "Kendati seni tari hanya diajarkan 1-2 jam per minggu, namun sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti pelajaran seni tari di luar jam pelajaran atau ekstrakulikuler," katanya ketika ditemui di sela-sela Pesta Kesenian Anak Mutiara Indonesia V (23-25 Maret 2007), di Gedung Kesenian Jakarta, kemarin. Pimpinan Sanggar Ina Kreativa itu berharap, melalui pemberian pendidikan seni tari, para siswa dan siswi dapat belajar berekspresi diri, beraktualisasi diri, kreatif, menghargai perbedaan dan membangun kebersamaan. "Pemberian pendidian seni akan menumbuhkan berbagai kecerdasan khususnya kecerdasan kinestetik, serta belajar untuk dapat mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia melalui gerakan tariannya," ujar Ina yang kini juga pengajar Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Sementara itu, Ketua Jurusan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS UNJ), Tuteng Suwandi, SKar mengatakan, pendidikan kesenian tidak hanya memberikan pengetahuan secara kognitif, melalinkan secara komprehensif, anak diajak menikmati, menghayati, menghargai karya seni dengan menjadi pelaku atau penonton. Untuk itu, katanya, Jurusan Seni Tari FBS UNJ mempunyai komitmen melaksanakan dan selalu mengembangkan pendidikan kesenian bagi anak, Pesta kesenian anak itu menampilkan berbagai kreativitas anak-anak, seperti tarian-tarian, musik, tetater, dan dongeng. "Acara ini diselenggarakan dengan harapan bahwa anak-anak Indonesia akan terus berkesenian, berpendidikan, berhati nurani, berbagi rasa, berdisiplin, dan bergembira," kata Direktur Gedung Kesenian Jakarta, Marusya Nainggolan. Menurut dia, anak-anak sudah selayaknya diberi ruang gerak dalam menyampaikan suasana hati dan berekspresi. Suara gelak tawa dan suasana riang pun seketika itu mewarnai gedung pertunjukan seni ini. Para penonton tidak bisa menahan kegeliannya ketika 10 penari anak-anak dari Kelompok Sosial Pencinta Anak (KSPA) Taman Kanak-kanak Keliling Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mempertunjukkan tarian "Pukul Gendang". Dalam tarian tersebut, penari menggunakan galon sebagai alat menari, namun di tengah-tengah pertunjukan, seorang penari harus mengejar galon yang terlepas dari tangannya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007