Jakarta (ANTARA News) - Perang candu I yang terjadi pada tahun 1838-1942 adalah perang antara China dengan Inggris, dimana konfliknya dilatarbelakangi oleh maraknya opium yang dibawa pedagang Inggris ke China.

Sedangkan Perang Candu II (1856-1860), China tak hanya bertempur melawan Inggris tapi Prancis pun terlibat.

Menurut M Arief Pranoto dari Research Associate Global Future Institute dalam bukunya berjudul "Perang Candu: Modus Kolonialisme Menghancurkan Bangsa dengan Harga Murah" bahwa substansi kedua perang di atas sesungguhnya bukan menjadikan China sebagai jajahan, akan tetapi lebih kepada kepentingan perdagangan barat sekaligus melemahkan daya juang rakyat.

Serupa candu adalah narkoba yang kini marak di Indonesia dan banyak yang terlibat dalam penyalahgunaan barang terlarang tersebut baik warga biasa, aparat, maupun pejabat daerah.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) sampai 2015, jumlah pecandu narkoba yang direhabilitasi sudah mencapai empat juta jiwa.

BNN memaksimalkan peranan Balai Rehabilitasi yang terletak di empat kota, yaitu Lido, (Bogor), Baddoka,(Makassar), Tana Merah (Samarinda dan Batam.

Keempat Balai Rehabilitasi tersebut telah memberikan pelayanan rehabilitasi kepada 1.593 pecandu, penyalah guna dan korban penyalahgunaan narkotika yang berasal dari berbagai kota di Indonesia.

Menurut Kepala BNN Budi Waseso mengatakan saat ini jumlah pecandu narkoba yang tewas tiap hari di Indonesia dengan rentan 40-50 orang per hari. Bukan hanya korban yang meninggal dunia tapi juga kerusakan organ tubuh yang lambat laun daya tahan tubuh menurun.

Pada sindikat narkoba tersebut terutama dari warga negara asing yang jadi bandar di Indonesia berencana membunuh bangsa Indonesia dengan menggunakan narkoba sebagai senjata pemusnah massal.

Hal tersebut terbukti kebanyakan bandar narkoba yang warga negara asing saat dilakukan tes urine hasilnya negatif, kata Budi. Ini berarti bandar warga negara tidak menggunakan narkoba yang diedarkannya di Indonesia.


Ingin membunuh

Para bandar narkoba senang melakukan pemusnahan massal terhadap para pecandu narkoba, dimana saat ditangkap para bandar kelihatan hanya tertawa tanpa merasa berdosa.

Dan kebanyakan bandar narkoba tersebut adalah jaringan lama dan pemain lama yang dikendalikan dari beberapa lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia.

Hal tersebut terbukti dengan pengungkapan kasus-kasus narkoba yang masih banyak melibatkan jaringan internasional misalnya dengan pelaku yang lama dan masih ada mata rantainya dengan terpidana mati kasus narkoba seperti Freddy Budiman.

Percaya apa tidak ini faktanya, BNN dalam hal ini bukan memprovokasi, tapi ini merugikan negara. Dan sudah ada narapidana yang di Lapas terkait jaringan Freddy Budiman yang dibawa untuk dilakukan pemeriksaan, kata Budi.

Narkoba terutama jenis sabu-sabu dan ekstasi yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari China. BNN pada Rabu (23/6) malam mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu-sabu dalam tiga peti besi dengan ketebalan lima centimeter dan berat 800 kilogram. Tiap peti besi berisikan sebelas bungkus sabu dalam bungkus aluminium foil yang berada di salah satu gudang milik Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara.

"Terungkapnya kasus ini, kita berhasil menyelamatkan 250 ribu manusia. Jadi begitu hebatnya nilai manusia, tapi para pelaku menganggap jiwa di Indonesia murah dan mereka ketawa-ketawa melakukan pembunuhan massal, sayangnya beberapa orang tidak peduli," kata Budi.

Pengungkapan kasus tersebut merupakan pengungkapan kasus sebelumnya yakni sabu-sabu yang disimpan dalam sembilan pipa baja hasil penggerebekan di kawasan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/6) kiriman dari Guangzhou, China.

Dalam penggerebekan itu, BNN berhasil menyita sembilan pipa besi yang di dalamnya terdapat sekitar 50 kilogram sabu-sabu.

Dari pengungkapan kasus tersebut, BNN mengamankan lima orang tersangka, masing-masing HE, EN, ED, GN dan DD. Tersangka ED, GN dan DD diamankan petugas di lokasi kejadian, sementara HE dan istrinya, EN diamankan di rumahnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

HE merupakan mantan napi Lapas Cipinang yang saat ini berstatus bebas bersyarat. Seolah tak jera, di masa pembebasan bersyaratnya, HE kembali berulah. Dalam melakukan transaksi, HE menggunakan identitas EN untuk membuka rekening dan alamat tujuan pengiriman barang.


Anak TK-SD

Kejahatan narkotika merupakan kejahatan serius, terorganisir dan bersifat lintas negara yang dapat menimpa seluruh lapisan masyarakat, sehingga menimbulkan kerugian sangat besar, terutama kesehatan, sosial, ekonomi dan keamanan.

Fatalnya kejahatan ini dapat menyebabkan hilangnya generasi bangsa (lost generation).

Pasar narkotika khususnya di Indonesia sama halnya dengan prinsip ekonomi, dimana ada permintaan maka ada penawaran, atau dikenal dengan konsep demand dan suplai.

"Indonesia merupakan pangsa terbesar ASEAN untuk masalah terbesar narkoba khususnya sabu-sabu dan ekstasi," kata Budi.

Saat ini di dunia ada 643 narkoba jenis baru, sedangkan yang masuk ke Indonesia ada 44 narkoba jenis, dimana 18 jenis yang bisa masuk ke kasus hukum. Sedangkan sisanya terus dilakukan untuk ditarik ke kasus hukum yang terus dilakukan oleh BNN, kepolisian dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).

Lebih memprihatinkan adalah jaringan narkoba tersebut menciptakan pangsa pasar baru yang dibiayainya. Dan sindikat narkoba melakukan hal tersebut ingin mempertahankan pangsa pasar berikutnya sebagai pengguna narkoba.

"Sekarang ini yang sudah addict akan habis karena kerusakan organ tubuhnya dan akhirnya memperpendek usia. Celakanya sasarannya saat ini adalah anak TK dan SD dan ini faktanya. Tanpa sadar di lingkungan sekolahannya di tempat belajarnya sudah disusupi operasi ini," kata Budi.

Harapan dari para bandar narkoba ini generasi yang masih TK dan SD inilah yang akan menjadi pangsa pasar berikutnya, maka diharapkan peran serta dari kelompok terkecil, keluarga, RT dan RW. Dibutuhkan terus berperan untuk aktif menyelamatkan anak cucu kita yang tidak mengerti dan tidak berdosa. Ini adalah wujud adanya penghancuran terhadap generasi kita yang tidak boleh dibiarkan.

Kejadian tersebut adalah fakta dan merupakan masalah narkotika yang merupakan masalah kita semua. Dia berharap semua warga mempunyai komitmen secara masif melakukan pencegahan agar tidak terjadi penyalahgunaan, kontaminasi yang pada akhirnya menyelamatkan negara ke arah yang baik dan menciptakan generasi emas.

BNN dalam waktu Januari-Juni 2016 sudah mengamankan dan memusnahkan barang bukti narkoba yang jumlahnya ratusan kilogram. Ini bukti nyata bahwa masalah narkotika adalah masalah yang serius dan kepedulian penting karena sampai hari ini jaringan internasional masih eksis yang melibatkan banyak negara untuk memasukan narkoba ke Indonesia.

(T.S035/S027)

Oleh Susylo Asmalyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016