Jakarta (ANTARA News) - Kasus vaksin palsu yang terjadi di Indonesia mulai disoroti media asing, salah satunya Kantor Berita Inggris Reuters, yang memberitakan perkembangan kasus tersebut hari ini.

Kantor Berita yang bermarkas di London tersebut melaporkan, anggota parlemen Indonesia mendesak pemerintah untuk melansir rumah sakit dan klinik kesehatan yang disinyalir menggunakan vaksin palsu yang diproduksi sindikat yang telah diamankan kepolisian.

Kasus ini dinilai memukul pemerintah sebagai regulator kesehatan yang dipercaya sangat erat kaitannya dengan pendistribusian vaksin di Indonesia.

Pihak berwenang telah menutup beberapa fasilitas kesehatan swasta pasca-ditangkapnya sindikat berbahaya yang membuat vaksin palsu untuk campak, hepatitis B dan virus lainnya di Jakarta dan Pulau Jawa.

Diketahui, Kepolisian memulai penyelidikan tahun ini menyusul laporan dari beberapa anak yang menjadi sakit setelah vaksinasi.

"Ini benar-benar gawat. Kita tidak tahu apa efek dari obat ini," kata Ketua Komisi XI DPR RI Dede Yusuf sebelum rapat kerja dengan Kementerian Kesehatan, ditemui Reuters.

"Dan jika hal ini terjadi sejak 2003, seperti yang dilaporkan, bagaimana status anak-anak yang menerima vaksin palsu ini? Kami ingin jawabannya," ujar Dede.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek berusaha untuk meyakinkan orang tua bahwa hampir semua vaksin yang beredar berasal dari produsen yang disetujui pemerintah.

Ia juga menambahkan bahwa tidak ada laporan tentang penyakit yang berhubungan dengan vaksin palsu tersebut.

"Kementerian Kesehatan memastikan bahwa vaksin yang beredar di unit pelayanan kesehatan adalah aman dan tidak berbahaya," katanya.

Dikatakannya bahwa peredaran vaksin palsu tersebut tidak lebih dari 1 persen di Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Ia menambahkan, orang tua perlu melakukan vaksinasi ulang kepada anak-anak mereka yang dinyatakan menerima vaksin palsu.

Polisi mengungkap sindikat setelah apoteker di Bekasi, ditangkap pada Mei saat kedapatan menjual obat tanpa lisensi. Obat yang ternyata palsu tersebut menyebabkan penangkapan 14 distributor dan pembuat vaksin palsu, yang bahannya mengandung gentamisin antibiotik dan garam.

Para tersangka dilaporkan meraup keuntungan Rp60 juta per minggu dengan aksinya tersebut.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016